26. Kembali Bekerja

10.2K 834 49
                                    

Hari ini aku mendapatkan email dari Marwa, dia adalah bos di tempat aku bekerja dulu. Mendengar aku telah kembali, Marwa menawari aku untuk kembali bekerja, sebenarnya sejak kembali aku sudah berpikir untuk membeli mesin jahit sendiri. Aku sekalipun mengurusi Kela masih kerap mendesain beberapa baju di waktu-waktu luang.

Aku belum menjanjikan apapun, hanya saja gairahku di bidang ini memanglah sangat kuat. Marwa mengajakku untuk datang ke kantor dan mungkin makan siang bersama untuk mengenang masa-masa dulu.

Reva berkata pergi saja, dia tahu kalau aku pastilah sangat stres berada di rumah selama ini.

"Bagaimana kalau bertemu Emmeric lagi?" Reva berkata.

"Tidak mungkin selamanya menghindar, lagipula dia pasti tidak ingin mencari sorotan saat ini karena kasus istrinya itu."

"Kenapa aku menduga kalau sebenarnya nenek sihir Linda tidak hamil, dia hanya menutupi kalau hubungan rumah tangga mereka dingin."

"Sekalipun begitu, itu bukan urusan kita."

"Kakak harus berhati-hati, jangan sampai ada kejadian seperti malam itu. Kalau tidak ada Kak Zola bagaimana?"

Aku berpikir untuk membicarakan pertemuan dengan Marwa pada tuan muda, oh astaga kenapa aku merasa meminta izin ke tuan muda adalah suatu kewajiban.

Meminta izin dengan tuan muda malah membuatku semakin tercengang.

"Aku akan menemanimu." Tuan muda berkata dengan suara yang pelan datar.

Angin dingin berhembus meniup kulitku, apakah tuan muda tidak salah? Pikirkan bagaimana dia akan membuat orang-orang memperhatikannya.

"Aku menunggu di mobil."

Oh...seketika aku tertawa, "Maksudnya kamu mau menyetiri aku? Hmm...sangat tersanjung."

Seolah di saat ulang tahun kemarin tidak menjadi pusat perhatian saja, aku pikir aku akan menjadi pusat perhatian karena menjadi pasangan tuan muda. Ternyata kalah oleh berita video Linda.

Pergi bersama tuan muda, lagi-lagi Reva menggoda. Mengatakan tuan muda akan mengajak kencan, Reva menyuruhku bersenang-senang. Memiliki adik seperti Reva adalah berkah dalam kehidupanku.

Tuan muda menyetiri aku membuatku merasa debaran di jantungku semakin keras.

"Zola, kamu bukannya sudah harus mengurusi perusahaan keluarga? Sepanjang yang aku lihat kamu juga masih tidak pergi bekerja." Memulai pembicaraan dengan tuan muda agar suasana tidak terlalu tegang.

"Untuk apa. Sudah ada orang-orang yang mengerjakan semua, tinggal mengawasi apa sulitnya?"

Aku mengawasi sarung tangan tuan muda yang memegang stir, bewarna kulit. Diam-diam tersenyum.

"Kamu memikirkan apa?"

"Zola, ayo kita makan bersama di mobil. Kamu buka saja topeng kamu, aku tidak akan melihat."

"Manusia adalah makhluk yang sangat mudah ingkar janji. Menurut kamu, aku percaya?"

"Terserah deh. Aku cuma menawarkan saja, aku curiga kamu makan berduaan dengan bodyguard bayanganmu di samping bungalow. Melihat kedinginan kalian, apa makanan tidak membeku?"

Aku merasa bahu tuan muda yang bidang bergerak naik turun, mau tertawa saja sulit sekali.

"Aku akan memikirkannya." Zola kembali fokus menyetir.

"Apa?"

"Makan berdua denganmu, tapi tidak saat ini."

Wajahku yang tadi melihat ke arahnya, seketika mengalihkan pandangan. Jantungku seperti dipompa, akhir-akhir ini aku merasa perhatian tuan muda terlalu kelihatan. Apa aku salah menduga? Bagaimanapun bersama tuan muda beberapa bulan terakhir membuatku merasakan sedikit debaran yang sudah lama tidak aku rasakan, sejak aku berpisah dari Emmeric.

Wounded Heart (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang