Eps 8_ Calon Menantu

37 7 8
                                    

Menjadikanmu yang terindah dihatiku, meski aku mungkin yang terburuk dihatimu







"Mama!" Dara melambaikan tangannya, adapun Mama tersenyum tipis lalu berjalan mendekati Dara dan Dio yang sama-sama menoleh padanya.

Wanita cantik itu tersenyum hangat mendapati Dio langsung membungkuk memberi hormat padanya.

"Sore Tante," sapa Dio sedikit canggung.

"Hai juga ganteng, kebetulan banget, ya. Ini Tante sama Dara lagi check-up kesehatan, si Dara ini sak---"

"Iya benar banget lagi, kebetulan banget, kan, Ma. Dara udah bilang kalau Dara sama Kak Dio itu jodoh. Tuhan turut campur dalam pertemuan ini. Bahagianya Dara."

Dara terlihat sangat puitis, tangannya menyatu memberi doa singkat pada Tuhan sambil bergumam yang ia sendiri mengerti maknanya.

"Maafkan Dara, Nak.  Anaknya memang suka halusinasi." Mama terkekeh kecil, membekap mulut Dara yang mau melanjutkan kalimat memalukan dihadapan Dio. Jujur, Mama sendiri bingung Dara bisa se-percaya diri ini.

Mimpi apa dulu Mama bisa melahirkan anak sepede Dara. Namun ini? Bukan sekedar pede tapi juga malu-maluin.

"Gapapa Tante," ucap Dio lembut, padahal aslinya ia sendiri ikut malu walau yang berbicara adalah mulut Dara.

Mama Dara sangat baik padanya padahal mereka baru sekali bertemu itu pun kemarin pada saat Dara nampak sekarat. Katanya, kamar Dara penuh foto Dio, wallpaper ponsel foto Dio bahkan Dio juga melihat bingkai foto dirinya di ruang tamu rumah Dara.

Parahnya lagi, editan Dara terlihat sangat nyata. Dio hanya bisa geleng-geleng kepala sekaligus malu sendiri melihat semua itu.

Mengapa Dara begitu menyukai Dio? Padahal Dio merasa bahwa dirinya biasa saja dan tak pantas untuk semua jenis cinta dari adik kelasnya yang aneh ini. Terlebih, pasti ada alasan dibalik rasa cinta, Dio tidak yakin Dara menyukainya tanpa alasan meski mencintai seseorang mungkin tak butuh alasan.

"Dio sayang kita---"

"Dara!?"

"Mama mertua!!"

Tidak tahu malu entah sudah kesekian kalinya, Dara langsung berlari kepelukan Kirana-- Ibunya Dio.

Untunglah wanita itu membalas pelukan Dara, kalau tidak Mama tidak tahu dimana wajah ini di buang. Bicara soal Dara, gadis itu urat malunya sudah mengambang di lautan jadi sudah pasti dia santai aja.

"Tante, kenalin ini Mamanya Dara. Mama, ini Tante Kirana-- calon mertua Dara." Dara menyudahi acara pelukannya, tetapi gadis itu masih ngepet di samping Kirana. Terpaksa Dio harus sedikit menjauh sementara Mama berusaha menarik tangan Dara menjauh.

"Mamanya Dio. " Wanita cantik itu menyedorkan tangannya terlebih dahulu.

"Mamanya Dara. " Mama membalas jabatan tangan Kirana. "Maafin Dara.  Anaknya memang suka bercanda," ucap Mama tidak enak hati. Lagi-lagi harus menanggung beban atas kelakuan Dara. Tidak tahu saja kalau kemarin Dara lebih mengerikan daripada sekarang.

"Becanda apanya, Dara serius kok. Tante mau, kan, kalau Dara jadi menantu Tante?" Dara meminta persetujuan, Kirana membalas dengan anggukan kecil sambil tertawa.

"Lihat Ma! Pertama itu luluhkan hati orangtuanya baru anaknya." Dara berantusias.
Dibalik itu ada Mama yang mati-matian menahan sesak, sesak menahan malu namun hanya bisa menampilkan deretan gigi ratanya.

Pantas saja Dio ilfeel dengan Dara dan itu memang suatu kewajiban. Siapa pun akan syok melihat manusia seperti Dara.

"Dar, ponsel Mama mana? Sama kamu, kan?"

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang