Hidup terasa lebih menyenangkan ketika orang-orang tidak tau banyak tentangku. Tidak memiliki keterikatan dengan orang banyak, menjadi orang tak terbaca ternyata semeyenangkan itu.
Dio menyadari banyak yang berubah dari dirinya di semester akhir ini. Lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal positif sebab takut esok hari tak sempat lagi. Bukan hanya itu, ia juga kehilangan sekaligus memperoleh hal yang tidak terpikirkan dulunya.
Contohnya seperti sekarang ini. Dio duduk di ruang tunggu sementara gadis bernama Dara yang memang sejak dulu tak asing ditelinganya sedang mendapatkan preservasi pada rambut. Ditemani olehnya. Sudah seperti sepasang kekasih yang mengantarkan kekasihnya ke salon kecantikan.
Sungguh diluar dugaan, Dio tidak pernah membayangkan bahwa dirinya dan adik kelasnya itu bisa jadi lebih akrab. Sementara tadinya, Dio hanya mau mengantar Azkia ke tempat seperti ini atau Mama dan juga Kakaknya. Namun sekarang? Dara?
Dio sesekali melirik Dara dengan ekor matanya. Gadis itu banyak bercanda, nampak antusias bercerita dengan wanita yang tengah menangani rambutnya. Entah karena Dara tipe gadis yang murah akrab atau mungkin sudah langganan di tempat ini.
Salon ini adalah salon yang sama dengan yang Olivia sering kunjungi ketika dia pulang ke Indonesia dan juga tempat yang sama dengan tempat yang pernah Azkia kunjungi dengan dirinya. Waktu itu, Azkia ingin creambath rambut dan Dio dengan senang hati menawari tempat ini.
Dunia memang sempit, Dio kembali ke tempat yang sama dengan orang yang berbeda. Ia merasa ada gejolak aneh pada dirinya.
"Kak Dio, sudah selesai. Kita pulang?"
Dio menutup aplikasi Twitter setelah mendengar suara Dara. Sedari ia hanya memutar-mutar beranda dengan pikiran yang entah kemana.
"Sudah, ya. Yaudah kita---" Dio, lelaki itu mendadak tidak bersuara, menemukan bahwa gadis dihadapannya terlihat banyak berubah perkara model rambut yang berbeda.
Dio tertohok. Sungguh gadis menyebalkan dihadapannya ini adalah Dara?
"Kak?" cicit Dara menyadarkan Dio dari lamunan. Dara jadi merasa malu, pasti aneh dengan wajahnya. Itulah mengapa Dara sebenarnya tak ingin Dio ikut menemaninya. Dara jadi tidak percaya diri.
"Aneh, ya, wajah Dara." Dara tak berani menatap Dio. Sekarang, dia mengira Dio diam karena merasa Dara aneh. Bayangkan saja, Dara memangkas rambutnya dengan potongan soft waves shorthair belum lagi diberi sedikit poni tipis ala-ala yang kesannya segar dipandang. Dara juga meminta agar rambutnya yang tipis diberi kesan tebal sehingga ia harus rela rambutnya jauh lebih pendek dari yang dia inginkan.
"Jangan lihat Dara kayak gitu, Kak. Dara tau pasti jelek, " tutur Dara dengan wajah memerah.
Dio melongo, lalu langsung berdehem mengembalikan wajah datar itu. "Bagus, kok," katanya.
"Jangan bilang gitu, Dara jadi makin malu!"
"Iya, bagus. Cocok sama Lo."
Dio tidak berbohong, sungguh. Dio membeku perihal tak menyangka Dara terlihat lebih cantik dengan gaya rambut barunya. Dio bukan tipekal lelaki yang mempermasalahkan potongan rambut perempuan, baik panjang maupun pendek, bagi Dio semua itu sesuai bentuk wajah dan namanya perempuan, mereka pasti cantik dengan diri mereka sendiri.
Akan tetapi, Dara berbeda. Ada bagian yang terus-menerus berputar di otaknya dan untuk pertama kalinya, lelaki itu terpesona pada gadis pendek ini.
"Cantik," kata Dio singkat.
Darabmenggaruk tengkuknya. "Gak bohong?" Kala Dara menengadah untuk mempertemukan empat mata, Dio lantas mengalihkan pandangan.
"Ayo, pulang. Sudah malam," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Teen FictionDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...