Darinya aku banyak belajar. Belajar bahwa dalam mencintai seseorang dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana.
Jika mengingat kembali ke belakang, rasanya Mira tak pernah menemukan fakta bahwa seorang Dara bisa menjadi makhluk paling ambisius di kelasnya. Nyaris mengalahkan si bintang kelas sekalipun.
Gadis itu membuat seisi kelas tercengang dengan pencapaiannya seminggu belakangan ini.
Ternyata selain mampu mencintai Dio sehebat rasa yang Dara berikan, gadis itu juga mampu berkembang lebih dari yang Mira bayangkan. Benar, manusia bisa jika mencoba.
Seminggu berlalu seperti angin di musim gugur, membawa terbang dedaunan kering ke tempat yang masih mudah dijangkau. Dara menghabiskan waktunya dengan belajar dan belajar. Bahkan Dara yang biasanya ketika jam istirahat nongkrong di kantin kini duduk seorang diri di perpustakaan. Membaca buku.
Bukan hanya sekadar membaca buku, ia juga membuat catatan kecil tentang pelajaran yang baru saja mereka bahas. Kemanapun Dara melangkah, ada buku ditangannya. Nyaris hal tersebut mencuri perhatian seantero sekolah yang kenal betul dengan kebiasaan Dara.
Dengan begitu, siapa yang tidak syok?
"Makan siang dulu, Dara. Pangsit kayaknya enak, nih!"
Sang empunya nama menoleh hanya untuk menampilkan senyum tipis. "Gue makan di kelas aja, tadi bawa bekal juga. Mau sekalian baca---"
"Baca buku lagi?" Mira menekuk wajah. Baru kali ini ia tidak suka Dara sahabatnya lebih peduli pada buku daripada ajakannya menikmati makanan enak di kantin.
"Gini, Dar." Mira memegang bahu Dara. "Gue memang suka Lo jadi anak ambisius dalam waktu singkat. Tapi, tolong jangan buat terkejut."
"Terkejut?" Dara tidak mengerti. "Gue gak merasa ngegetin---"
"Ya, terkejut." Mira berucap tegas, menohok Dara seketika. "Sejak hari dimana Kak Dio ngantar Lo pulang, Lo banyak berubah dan apa ini? Seorang Dara jadi sangat rajin? Mustahil!"
"Miranda...," panggil Dara pelan. "Harusnya Lo senang sahabat Lo yang cantik ini jadi rajin dan gak pernah nyontek jawaban Lo lagi. Ini, kan, yang Lo mau selama bertahun-tahun kenal sama gue?" tanya Dara agak keras.
"Tapi gak instan juga, Dara!" Mira mengacak-acak rambutnya tidak karuan setelah menyelesaikan obrolan dengan Dara. "Perubahan Lo terlampau instan dan yang instan itu gak selamanya baik."
Dara mengangkat bahu acuh, diam beberapa saat lalu kembali bersuara,"Gue sebenarnya lagi ada misi," ucap Dara sambil mengeluarkan kotak bekal dari tasnya.
"Misi dimana kalau gue mendapat nilai fisika yang sempurna, Kak Dio janji mau ngasih gue hadiah." Sesungguhnya Dara tak ingin mengatakan hal ini pada Mira, ia ingin memberikan kejutan pada sahabatnya itu mengenai kedekatannya dengan Dio. Tapi mau bagaimana lagi? Dara sedang berproses dan ia tidak mau meladeni Mira yang tantrum perkara ia jadi lebih ambisius.
"Sudah gue duga," celetuk Mira tak menyangka. "Lo berubah bukan untuk diri sendiri tapi untuk Kak Dio."
Secara gamblang Dara menggeleng kepala, tak setuju dengan ucapan Mira. "Gue berubah demi diri gue sendiri dan kebetulan Kak Dio datang memberi motivasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Fiksi RemajaDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...