Setiap orang sedang mengusahakan hidup tenang, mengusahakan kebahagiaan di bumi yang hanya sementara ini. Tetaplah menjadi orang baik tanpa niat merusak kehidupan orang lain.
Apa gunanya seseorang mendapatkan semua kebahagiaan dunia, namun binasa dalam kesakitan?
Dio Gyustion Alberts tidak pernah berpandangan bahwa sang kakak mengira ia menjadi lebih banyak berubah dari tahun sebelumnya karena telah mengakhiri hubungan dengan Azkia. Mantan terindahnya.
Kira-kira ada beberapa menit keheningan di antara keduanya. Olivia nampak serius sedangkan Dio bingung harus memberi tanggapan jenis apalagi. Pasalnya, Olivia mengenal Azkia. Memang mereka tidak begitu dekat karena sejujurnya Dio tidak pernah membawa gadis itu kerumahnya. Keluarganya mengetahui karakter seseorang Azkia melalui cerita Dio dan foto gadis itu saja.
"Kakak sudah pernah bilang sama kamu, kalau pacaran itu jangan sama cewek hits. Lihatkan endingnya gimana? Apapun alasan kalian putus, intinya semua sudah berakhir. Jangan mengira perjalanan hidupmu berakhir di sini seperti hubungan kalian itu. Kembali seperti Dio yang Kakak kenal, lupakan Azkia"
"Kak----"
"Jangan banyak mengelak, jangan juga membela gadis itu. Kakak sudah mendengar semuanya dari Mama. Kata Mama kalian sudah putus sebulan lalu, itukan alasan kamu jadi beda banget sekarang?"
"Bukan begitu---"
"Gapapa, Dio, gapapa. Jangan malu kayak gitu. Kakak juga pernah putus cinta, semua orang pasti pernah merasakannya. Kakak tahu duniamu seolah tidak diberi oksigen sampai-sampai kamu kesulitan bernapas. Akan tetapi, kamu harus bangkit. Dio, cinta pertama memang selalu gagal. Itulah kenapa Kakak dulu bilang sama kamu agar jangan terlalu cinta. Kamu ini laki-laki, jangan lemah."
Sekiranya kalimat panjang Olivia menghalangi Dio berpendapat. Setiap kali ia ingin bicara, Azkia terus memotongnya. Dio akhirnya pasrah, bahunya tak lagi tegak. Entah apa yang kakaknya katakan, ia jadi kasian sekaligus bingung.
"Tegakkan bahu itu, Dio. Masih banyak gadis cantik di luar sana yang antri sama kamu. Contohnya si Dara."
"Hah?" Dio tersentak sedangkan Olivia masih terlihat ingin merangkai kata-kata bijak lainnya.
"Ya, Dara, kan, namanya? Yang kemarin Mama bilang di meja makan."
"Astaga!" Dio memijit pelipisnya, mendadak kliyengan. Percakapan macam apa ini, pikirnya.
"Dengar, gue gak---"
"Tidak perlu mengelak," kata Olivia sekali lagi mendahului ucapan Dio. "Selalu ada alasan mengapa kita dipertemukan dengan seseorang. Entah untuk menetap atau sebagai pembelajaran makna-makna kehidupan." Olivia menatap lekat adiknya. "Dio, Azkia bukan akhir dari segalanya."
"Dengar gue dulu!" Menukas tajam, Dio menaikkan satu tingkat dari suaranya. "Gak seperti yang Lo pikirkan, gue sama Azkia putus baik-baik. Bukan perkara buruk seperti yang Lo pikirkan. Apalagi, gue gak---gue gak galau Kak!" seru Dio tak kalah galak.
"Azkia juga bukan orang jahat, dia baik. Sangat baik."
Bukannya iba, Olivia malah geleng-geleng kepala. Semakin mengira adiknya sudah terlena dengan cinta pertamanya itu. Dio sudah cinta mati. Olivia iba.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Teen FictionDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...