Sesekali harus pakai kekerasan, misalnya kekerasan hati dan cinta Dara untuk Kak Dio!"Tangan nya kenapa Dar?" tanya Mama sambil memicingkan mata. Meletakkan jus alpukat yang baru selesai di blender khusus untuk Dara di atas meja.
Putri tunggalnya itu terlihat sangat aneh. Dari awal memasuki rumah, Dara terlihat senyum-senyum sendiri sambil mengelus-elus tangannya.
"Dar? Dengar Mama gak?" tanya Mama lagi, Dara masih tetap mengabaikan ucapan itu, merebahkan tubuh di sofa, tangan kanannya masih setia mengelus-elus pergelangan tangan kiri. Seakan-akan ada event berhadiah uang ratusan juta, ekspresi Dara persis seperti manusia butuh bimbingan.
"Dara?"
"Iya Mama? Mama lihat ini?" Dara menunjuk tangannya yang memar. "Tadi dipegang sama Kak Dio, makanya jadi gini," ucap Dara kembali senyum-senyum sendiri bagaikan orang gila. Bukan hal yang pantas dibanggakan, Mama syok bukan main.
"Ah, kak Dio tau saja apa yang Dara inginkan. Kalau gini caranya Dara, kan, jadi senang! Kak Dio ninggalin jejak di tangan Dara, semoga besok jejak di hati Dara yang ditinggain, " ucap Dara terlihat sangat bahagia.
Mama tak menggubris lagi, Dara mode bucin sedang berkelana mencari jati kebodohan dirinya.
"Kamu pasti gangguin Dio lagi, kan? Mama sudah bilang sama Dara, cewek itu hakikatnya menunggu bukan mengejar. Kalau begini caranya, Dio malah makin ilfeel sama Dara," kata Mama lembut. "Jangan menyakiti diri sendiri demi cinta yang tidak mungkin terbalaskan. Memangnya Dara mau mati rasa sama orang yang sudah jelas-jelas hatinya bukan untuk Dara? Sudahlah, mending Dara jangan kebanyakan baca novel, dunia nyata gak sesimpel itu!"
Mama mengelus puncak kepala Dara, sedikit miris melihat nasib percintaan putrinya itu. "Kalau Dara diam saja dan gak berjuang, yang ada kak Dio malah kabur dari Dara," ucap Dara nyolot, tidak menerima masukan Mamanya barusan.
"Dara ngejar juga, si Dio kabur, kan?"
"Mama!"
Motivasi Mama tidak membuahkan hasil sedikit pun. Ayolah, dengan mendukung Dara mengejar sang pujaan hatinya, sudah jauh lebih baik dan sangat cukup.
"Tapi setidaknya jangan murahan Dara," ucap Mama tak kala nyolot, kesabaran Mama habis juga. "Dalam hubungan itu ada dua orang yang harus saling mencintai dan ini? Cuma kamu yang cinta, Dio nya engak, kan? Jangan bikin malu Mama deh," kata Mama to the point.
Dara menggeleng-gelengkan kepalanya. Menatap tajam kepada sang Mama, Mama tak pernah mendukung hubungan Dara, tidakkah Mama tahu bagaimana besarnya rasa cinta Dara terhadap Dio?
Seandainya Mama juga tau selelah apa Dara untuk sampai di titik ini, kalau bisa rasanya Dara juga ingin menyerah tapi tidak mudah dan tidak sesederhana kalimat Mama barusan.
Selayaknya memberi cinta, menarik cinta juga bukan hal yang gampang.
"Mama harusnya dukung Dara. Sekarang kak Dio udah putus sama pacarnya jadi Dara punya kesempatan untuk jadi pacarnya kak Dio." Dara terlihat sangat percaya diri dengan ucapannya.
"Terserah Dara saja deh, Mama gak mau tau kalau ending-endingnya Dara ditolak mentah-mentah sama Dio. Pokoknya jangan pernah nangis karena Dio karena Mama gak akan peduli," ujar Mama serius berharap Dara sadar setelah ribuan kali dinasehati.
"Ga bakal nangis kok," kata Dara menjulurkan lidahnya.
Mama tak menggubris lagi, wanita itu sibuk mengobati pergelangan tangan Dara yang terlihat sangat memerah dan sedikit terkelupas. Kuku Dio pasti sangat panjang sampai bisa merobek tangan mungil si botol yakult.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Teen FictionDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...