Dari banyaknya insan di dunia, mengapa dirimu yang aku sangka~Dardio
Pagi hari saat matahari belum sepenuhnya memancarkan cahayanya, Dara sudah bangun dari tidur. Menikmati keindahan surga alam yang masih malu-malu menunjukkan keindahannya.
Para pelayan rumah juga sudah mulai melanjutkan aktivitas sehari-hari sebagai pekerja di rumah bak istana ini. Terkadang Dara merasa kurang bersyukur jadi manusia, melihat tabahnya orang-orang hebat dalam melakukan segala kegiatan halal, Dara jadi menyadari bahwa hidup tidak sesederhana itu.
Semalam adalah mimpi buruk. Tidur kurang dan harus bangun harus pagi-pagi sekali demi sesuap nasi. Dari kejadian semalam, hati Dara mulai terbuka. Dara harus sukses dan tak akan pernah ada dalam posisi itu. Bukannya Dara meremehkan, Dara juga cukup tahu pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga adalah pekerjaan mulia. Akan tetapi, Dara hanya tak tega, bagaimana jika Mama ataupun Dara kelak yang ada dalam posisi itu?
Sungguh sangat menyakitkan bukan dibentak-bentak oleh tuan rumah? Bahkan walau memang melakukan kesalahan, pasti meninggalkan goresan.
Demi istri atau suami, demi anak dan sesuap nasi. Dara tahu bagaimana sulitnya mencari uang di zaman sekarang, namun masih ada saja majikan yang tidak menghargai kerja keras pelayannya.
Jika boleh jujur, Dara sedikit kecewa dengan sikap Dio semalam. Tapi dibalik semua itu, Dara yakin Dio tidak bermaksud demikian. Pasti ada sesuatu yang membuat Dio bisa semarah itu dan Dara ingin tahu alasannya.
Kaki Dara sudah lama berada di air kolam renang, alih-alih merasa kedinginan Dara malah semakin nyaman.
"Mau ikut gue?" Dara menoleh. Dara tersenyum hangat mendapati Dio sudah berdiri gagah di sampingnya. Dari posisinya, Dio begitu keren pagi ini.
Bersiap dengan pakaian khas orang ingin lari pagi, mungkin Dio ingin mengajak Dara jogging di taman komplek.
"Kakak ngajak Dara? Serius?"
"Yaudah kalau gak mau." Dio memutuskan begitu saja, berlalu dari Dara setelah selesai memasang earphone di telinganya.
"Dara ikut Kak!!"
***
Mengitari jalanan lebih dari lima kali, Dio belum juga lelah. Di belakang jauh dari tempat Dio berdiri, ada Dara yang terkapar tak berdaya.
Tanpa ragu menidurkan dirinya di jalanan, untung tak banyak orang yang lewat karena masih sangat pagi. Belum lagi udara pagi ini cukup dingin.
"Kak Dio---" Dara memanggil namun terkesan mendesah lelah. Dio meninggalkannya sendiri.
Sekitar lima menit akhirnya kekuatan Dara muncul lagi. Tak gila untuk kembali mengejar Dio, Dara malah mencari kursi kosong yang bisa menampung tubuh mungilnya.
Sampai tak lama kemudian bahu gadis itu terasa disentuh,membuat Dara kembali membuka matanya. Untung saja, alih-alih hantu yang Dara lihat, Tuhan sangat baik menampakkan Dio di sana.
Memang sedikit menyebalkan, Dio membangunkan Dara mengunakan ujung sepatunya.
"Geseran, gue mau duduk."
"Santai kali Kak." Dara mencibir apapun Dio duduk sempurna disebelahnya. Mengambil kesempatan, tanpa dosa Dara meletakkan kepalanya di bahu Dio
Beruntunglah Dara karena Dio tak langsung mencampakkannya ke sungai Amazon tetapi malah membiarkan Dara dengan dunianya. Jarang terjadi, ini momen langkah.
"Kakak pernah dengar lagu dari Misellia Ikwan yang judulnya akhir tak bahagia tidak?" tanya Dara. Dara yakin Dio tidak akan menjawab pertanyaannya, terhitung sudah lima detik setelah pertanyaan itu dilontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Teen FictionDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...