Eps 58_ Mencari Cantik?

13 4 6
                                    

Aku begitu hebat, menolak beribu cinta demi mempertahankan satu cinta yang entah itu adalah cinta yang Tuhan takdirkan untukku atau tidak
_Dardio_






Jakarta sore ini kembali diguyur hujan, tapi Dara yang sejak satu jam lalu mencoba fokus untuk membuka buku dan mempelajari materi mulai gundah. Ingatannya selalu kembali pada saat-saat Dio mengajarinya. Dara rindu sekali wajah Dio yang setiap sore menemaninya belajar. Dara rindu semua hal tentang Dio.

Sudah hampir seminggu mereka tidak bertemu.

Di sekolah, lagi-lagi Dara menemukan fakta Dio tidak masuk sekolah, katanya izin seperti yang waktu itu Dio katakan pada Dara. Namun, Dara tak berpikir akan selama ini. Dara paling tidak bisa tak bertemu dengan Dio. Sehari artinya setahun. Menyebalkan!

Menghela napas, Dara bersandar pada kursi belajar. Jendela terbuka lebar, menyebabkan Dara bisa melihat air hujan yang turun membasahi bumi. Iramanya sendu sebab tak ada petir seperti biasa. Rasanya Dio ingin mengurung diri di ruang rahasianya. Menyanyikan lagu mellow sambil menangis melepas. Namun, Dara cukup waras sehingga ia mengambil ponsel dari atas meja.

Kak Dio
"Kak Dio apa kabar? Masih sibuk, ya? Maaf Dara ganggu, soalnya kepikiran Kak Dio terus. Hari ini Dara belajar banyak, tapi kurang fokus, hehe. Tapi Kakak tenang saja, Dara bakal lebih serius lagi."

"Kak Dio jaga kesehatan, ya. Jangan terlalu keras belajar bisnisnya, pasti sulit, ya, terlahir dari keluarga kaya raya yang punya banyak aset? It's okay, nanti kalau nikah sama Dara, kita hidup sederhana saja. Tidak kurang, tidak lebih. Semangat, ya, Kak Dio. Jangan sampai sakit. Sampai jumpa di sekolah."

Dara meletakkan ponselnya setelah berhasil mengirimi Dio pesan WhatsApp. Persetan, Dara sudah kelewat rindu. Tak peduli Dio akan membalas pesan itu atau tidak, yang penting Dara sudah melakukan tugasnya.

Setelah beberapa saat, Dara bangkit dari tempat duduknya. Berjalan mendekati balkon kamar, menemukan Mira yang hanya berjarak beberapa meter juga melakukan hal yang sama.

"Ngapain?"

"Lihatin hujan!"

Dara mengangguk paham, hujan memang tampak berbeda hari ini. "Gue bosan!"

"Sama," jawab Mira. Gadis berkacamata itu mengenakan hoodie pink tebal, bertopang dagu. "Hujan-hujan gini kayaknya enak makan es krim," sambungnya berimajinasi betapa sedapnya es krim di hari hujan.

"Lo belajar, Dar?"  tanya Mira setelah beberapa saat tak ditanggapi oleh Dara.

Sang empunya nama mengangguk dengan mata terpejam. Dalam hati mulai menghitung tetes demi tetes air hujan yang turun, sebagaimana alunan musik galau, Dara mendadak lesuh.

"Gue kangen Kak Dio, Mir!"

Mira menghela napas dari sebrang sana. "Mulai lagi," ungkap gadis itu. "Gimana kalau makan es krim?" Mulai memberi saran terbaik.

"Orang gila mana yang makan es krim hujan-hujan gini?" tanya Dara memutar bola matanya malas.

"Gue orang gilanya," jawab Mira terlampau serius. "Yaudah kalau Lo gak mau, gue ke minimarket sendiri. Beli es krim!" Setelah mengatakan itu, Mira masuk ke dalam kamar. Mengunci balkonnya.

Gadis itu benar-benar serius ingin makan es krim. Adapun Dara berpikir sejenak, ia terlampau bosan di rumah sendirian.

"Gue ikut!"Teriak Dara yang kini tak berarti apa-apa karena Mira sudah siap-siap menuju minimarket bermodalkan payung dan sepatu bot pink.

Demi es krim.

***

"Gue masih ingat betul waktu si Andre kecebur got depan. Dokter Naldo panik banget, perawat pun sama. Sementara kita semua ketawa-ketawa!"

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang