Diantara banyaknya ruang-ruang yang tersusun rapi, sisakan satu ruang untuk iklhas. Entah untuk diri sendiri atau untuk mimpi kehilangan orang yang begitu diharapkan
Sesudah makan malam, Dio kembali ke kamarnya dengan semangkok buah semangka potong. Meletakkan buah itu di atas nakas kemudian berjalan menuju meja belajar. Dio hendak mengambil kacamatanya karena ingin membaca buku sebelum tidur, namun kancing tas yang terbuka setengah mencuri perhatian Dio.
Surat dari Dara.
Dio mendudukkan diri, mengambil kertas itu. Ada sepecik rasa penasaran dibenaknya. Mengetahui Dara sudah mulai berubah bahkan hampir tidak pernah menggangunya lagi, Dio jadi bertanya-tanya. Ada apa dengan gadis itu?
Tidak-tidak, jangan berpikir Dio kesepian atau sedikit merasa kehilangan. Demi Tuhan, Dio tidak merasa demikian. Hanya sedikit pertanyaan, mengapa tiba-tiba? Apa Dio melakukan kesalahan? Atau dari benak hati Dara yang paling dalam?
Dibukanya kertas itu, tulisan tangan indah tak sebanding dengan kertas kusut berwana putih. Dio terpaku, merapikan posisi kacamatanya.
Dear Kak Dio_
Sebelumnya Dara minta maaf karena sudah mengirimi kakak surat itu. Dara seperti seorang pengecut, gak berani ngomong langsung sama kak Dio.
Tapi sungguh, Dara amat merasa bersalah dari hati yang paling dalam atas semua yang sudah Dara perbuat sama Kak Dio. Sumpah, Dara gak tahu kalau Kakak alergi sama cokelat makanya selama ini Dara selalu kasih Kakak cokelat.
Maafkan Dara, ya, Kak. Dara janji gak akan melakukan hal bodoh itu lagi dan berusaha menjadi lebih bijak untuk hal-hal yang menyangkut kepentingan Kakak.
Sekarang Dara tau kenapa Kakak selalu menjauhi Dara. Pasti karena ada hal yang Kakak tidak suka dari Dara, kan? Atau mungkin Kakak alergi sama Dara? Kalau begitu, Dara akan sedikit memberi jarak agar Kakak senantiasa sehat.
Dara harap Kakak baca surat ini, sebagai tanda permintaan maaf Dara. Lain kali Dara akan belikan makanan yang memang kakak suka, Dara janji! Tapi Dara cari tau dulu, hehe.
By the way cake titipan Dara sudah kakak makan belum? Itu cake pilihan Kak Rio, katanya Kakak pasti suka. Di makan, ya, Kak. Expired nya cuma lima hari soalnya. Jangan sampai terbuang, okay?
Love u, Kak Dio.
From: Dara Wilova Putri
Jangan tanyakan bagaimana raut muka Dio sekarang. Setelah ia membaca surat dari Dara, rasa kesal muncul saat itu juga. Bukan pada Dara, tapi Rio. Sahabatnya.
Ingatkan Dio untuk mencongkel mata Rio esok pagi, bisa-bisanya lelaki itu membongkar pertahanan Dio. Mati-matian Dio menutupi kelemahannya, namun kini sampai ditelinga Dara. Sedikit menyesal kenapa Rio harus tau beberapa rahasianya.
Dio menjadi merasa bersalah, rasanya tidak aman. Pernah sekali ia memakan kue cokelat pemberian Dara dihadapan gadis itu dengan alasan agar Dara senang. Walau akhirnya ia berakhir meriang semalaman di atas tempat tidur, Dio senang karena telah membuat gadis itu tersenyum. Di akhir hidupnya, Dio ingin memberi kesan baik pada semua orang. Termasuk Dara yang selalu ia abaikan.
Dio menarik napas dalam-dalam, melipat rapi kertas itu. Dio yang tadinya hendak membaca buku berpindah haluan. Meninggal kamar, menuju lantai satu dengan langkah pelan agar tak mengganggu orang rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
JugendliteraturDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...