Betapa beruntungnya aku bisa dicintai seluas alam semesta dan betapa beruntungnya aku pernah merasakan cinta sejati itu
_Dio dan Dara_
Malam itu, suara nyanyian sedih yang dimainkan Dara masih terdengar. Pada sebuah kamar rahasia, tempat berbagai jenis alat musik ia biarkan tertata rapi. Sudah lebih dari tiga jam gadis itu berada di ruangan sepi ini, biasanya ia merasa nyaman karena hanya ada dia dan lagu-lagu kesukaannya. Namun sekarang, rasanya amat berbeda.
Ini bukan pertama kalinya Dara merasa kehilangan.
Di dekat jendela, ada beberapa surat lusuh yang warnanya mulai menguning, sengaja dibiarkan di sana. Dijajar rapi sesuai tanggalnya.
Dara kali ini memainkan pianonya, mengalun dengan sangat indah lagi berjudul Surat Cinta untuk Starla karya Virgoun yang pernah viral pada masanya. Lagu itu indah dan sampai sekarang masih menjadi tahta tertinggi lagu kesukaan Dara. Setiap kali lagu itu dinyanyikannya, ia membayangkan wajah Dio yang amat ia kagumi.
Sepanjang perjalanan mencintai musik, Dara sering menyanyikan lagu itu. Sering dimainkan ketika ia berada dalam kegalauan berat, membayangkan betapa indahnya wajah Dio dan cintanya yang habis pada lelaki itu, Dara merasa ada bahagia dan sakit yang sama dalam satu waktu.
Dara tidak menyesal mencintai Dio sedalam ini. Baginya, Dio memang pantas dicintai sampai mati sekalipun tubuhnya.
Hari ini, Dara kembali menyanyikan lagu itu. Tidak ada yang lebih indah daripada senyuman Dio kala alunan piano mengikuti tempo suaranya. Detik-detik lagu itu berakhir alih-alih menangis Dara justru tersenyum.
Entah kenapa hatinya menghangat, seakan-akan ada Dio disampingnya. Meski sudah berlalu 14 hari yang amat panjang, Dara yakin suatu hari nanti ia akan bertemu kembali dengan Dio.
Bertemu lalu tersenyum bersama.
Dara akan selalu membawa Dio dalam doanya, dalam hatinya, dan dalam setiap langkahnya.
Dio pasti sembuh, itu yang ia pikirkan.
Tiba-tiba Dara dilanda rindu berat, kembali sunyi dan hening. Pandangannya kosong bersama beberapa buku yang berserakan di lantai. Sembari menunggu kepulangan Dio, Dara semakin rajin belajar, menulis banyak puisi penantian, bahkan membiarkan dirinya sok tegar sepanjang hari demi Dio yang ia yakini akan kembali dengan keadaan yang ia inginkan.
Kini, gadis itu membiarkan lututnya beradu dengan lantai yang dingin. Dara kembali membuka buku paket fisika, hendak memperdalam materi sehingga nanti jika Dio kembali, ia akan memamerkan semua pengetahuannya.
Derit pintu memekak, Mira muncul bersama Rio di belakangnya. Mereka hampir tak percaya bahwa Dara yang mereka kira menangis sepanjang hari tengah mengalun pena di tangannya.
"Dar...maaf ganggu," kata Mira menunduk ragu. Sebenarnya, tak satupun bisa menginjakkan kaki diruangan rahasia Dara. Ruangan ini penuh rahasia, segalanya ada pada ruangan ini. Termasuk kesakitan mendalam seorang Dara.
"Gapapa," ucap Dara tenang. "Ada apa, ya?" tanyanya. Menghampiri Mira dan Rio yang tetap berdiri di depan pintu alih-alih melangkah lebih jauh.
Sekali lagi, Dara menepis senyum pada Rio, lelaki itu pun sama, seolah kisah yang lalu tak perlu dibahas lagi.
"Kak Rio mau ngomong sama Lo, Dar." Mira mendahului sebab Rio nampak segan mengatakan tujuannya. "Sebentar saja, kok. Bisa, kan, Dar?"
"Tentu," jawab Dara langsung. Tak ada penolakan di sana. Bahkan, Dara mengundang Rio masuk ke dalam ruangan rahasianya. Memamerkan beberapa alat musik usang yang terlihat seperti peninggalan sejarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Teen FictionDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...