Apa sakitku saat ini belum mampu menjamin bahagiaku?
Jarang-jarang Dara semangat ke ruang baca yang biasa disebut sebagai perpustakaan. Biasanya Dara ke tempat ini kalau bukan karena ingin melarikan diri dari kenyataan tugas-tugas sekolah maka tak jauh-jauh dari tidur. Perpustakaan itu nyaman-- nyaman untuk mengistirahatkan mata. Baru Dara.
"Kak Dio lama banget, sih!" Dara sangking semangatnya, bel belum bunyi pun ia sudah siap-siap. Lajunya bahkan mengalahkan pengendara motor. Berjalan ke perpustakaan sambil senyum-senyum sendiri, Dara tak sabar belajar. Ralat. Tak sabar menghabiskan waktu dengan Dio.
Pandangan gadis itu tak lepas dari pintu masuk, harap-harap sosok Dio segera muncul dari balik pintu itu. Dara sudah menyiapkan alat tulis, buku, dan lain sebagainya. Bahkan, Dara juga telah menyiapkan kursi empuk untuk pujaan hatinya itu.
"Kak Dio!" Dara merekah, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Dara melambaikan tangan. "Di sini, Kak!" serunya.
Dio yang langsung menyadari kehadiran Dara tak mengatakan apa-apa. Meletakkan tasnya dan melirik meja yang kini penuh dengan alat untuk belajar. Dio senang, Dara sepertinya semangat belajar.
"Kak Dio lama banget," kata Dara mencari obrolan. "Lo--- Kak Dio duduknya di sini!" Kala Dio menarik kursi dihadapan Dara, gadis itu langsung berseru.
Padahal Dara sudah menyiapkan kursi disebelahnya, bahkan di-lap dengan tissue agar terhindar dari beberapa jenis kuman. Dio harus senantiasa steril.
"Memangnya mau adu panco duduk hadap-hadapan," kata gadis itu kala Dio mengabaikannya.
"Memangnya mau nyeberang sampin-sampingan?" balas Dio tak mau kalah. Seolah memahami otak busuk Dara, lebih baik segera dihindari.
"Baik kita mulai." Dio memakai kacamatanya, membuka halaman per halaman buku paket fisika milik Dara. "Materi mana yang Lo kurang paham?" tanya Dio, fokus membaca daftar isi.
"Dara?"
"Eh-- iya. Kakak bilang apa tadi?" tanya Dara kelimpungan, ia begitu fokus pada wajah Dio sampai-sampai tidak peduli dengan apa yang lelaki itu ucapkan.
"Materi yang Lo gak paham, Dara."
"Semuanya," jawab Dara santai.
"Semuanya? Dari banyaknya materi satupun Lo gak paham?" Dio jelas saja syok, pelajaran fisika kelas XI bukanlah hal yang sulit bagi Dio. Anak-anak jurusan IPS hanya diberi materi dasar, berbeda dengan anak jurusan IPA yang memang mewajibkan pelajaran fisika sampai ke akar-akarnya.
"Iya, Dara gak paham semuanya." Dara tidak tau kalio.
"Selama ini Lo ngapain aja, Dar." Untunglah Dio sudah menyiapkan diri sebelum datang ke tempat ini dan bertemu dengan Dara apalagi harus mengajari Dara.
"Mikirin Kak Dio," tukas Dara yakin sekali.
Hanya dengan begitu, Dio membanting buku itu, menimbulkan suara keras yang pastinya membuat Dara terkejut.
"Sekarang bukan waktunya main-main," ucap Dio tegas, membuat Dara otomatis duduk tegak. Dio galak sekali, padahal Dara menjawab dengan cukup jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Novela JuvenilDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...