Bahkan walaupun aku tau kau hanya mampir dalam hidupku, aku akan tetap menyajikan hati bukan sekadar kopi.
"Gapapa, Dar?" tanya Mira tidak enak hati. "Asli gue jadi gak enak sama Lo, tapi---"
"It's okay, Miranda. Lo pulang aja, gue juga bisa pulang sendiri. Motong rambut juga gak lama, habis itu gue langsung pulang ke rumah. Jangan khawatir, gue lebih sehat sekarang. Badan gue rasanya enteng!"
Tiba-tiba Mamanya Mira menghubungi gadis itu. Katanya Ayah Mira sudah pulang tapi harus berangkat lagi ke luar kota urusan pekerjaan sehingga kalau Mira ingin bertemu dengan ayahnya, dia harus pulang sekarang.
"Papa Lo juga pasti rindu banget sama Lo, Mira. Harusnya gue yang gak enak sama Lo harus nemenin gue berkelana kayak gini," kata Dara, memancarkan aura positif, menyakinkan Mira meski Mira sama sekali tidak yakin. Dara selalu sok kuat.
"Gapapa, Dar?" Mira masih belum yakin namun di lain sisi ia juga merindukan ayahnya. Nasib anak yang sering ditinggal pergi karena urusan pekerjaan.
"Iya, Mira. Percaya sama kekuatan sahabatmu ini."
Setelah berpikir beberapa saat akhirnya Mira yakin. "Kalau gitu gue pulang duluan, ya. Habis potong rambut Lo langsung pulang, jangan pergi kemana-mana lagi. Gue tunggu di rumah," tukas Mira memperingati.
"Siap, Nyonya!" Dara menunduk hormat, 180 derajat agar Mira lebih yakin.
"Duluan, Ra!" kata Mira berseru.
"Oke, Ra. Hati-hati!" balas Dara tak kala lantang.
Mira menggowes sepedanya, adapun Dara menunggu sampai punggung itu tak lagi tampak.
"Bagus juga panggilan, Ra. Ra untuk Dara, Ra untuk Mira." Berargumen sendiri, Dara terkekeh seorang diri.
Di depan sebuah salon kecantikan, gadis itu merapikan anaknya rambutnya. "Sudah siap menjadi bondol kembali?"
"Okay, sudah siap--"
Brughhh
"Awhh!"
Terlampau semangat, Dara tak menyadari seseorang yang baru keluar dari salon. Dara menubruk orang itu, membuat ponsel orang itu jatuh.
"Maaf," ucao Dara, gerak cepat ia mengambil ponsel yang ternyata layarnya pecah. "Maaf-maaf, saya tidak sengaja---"
Terpaku, kalimatnya kembali tertelan sebagaimana air liurnya.
"Gapapa," balas orang itu, mengambil ponselnya dari tangan Dara. Ia terlampau fokus pada ponselnya sehingga tak begitu memperhatikan raut muka Dara. Sementara Dara, ia terlalu banyak diam bahkan sampai orang itu berlalu dari hadapannya. Masuk ke dalam mobil hitam mewah, berlalu dihadapannya.
"Dia-- bodoh!" Dara sontak memukul jidatnya. "Bodoh, Dara, bodoh. Itu Kakak ipar Lo!" celetuk Dara meruntuki diri sendiri. Ingatan Dara super tajam.
"Ya, Tuhan. Gini ceritanya bisa jadi gue gak direstui." Pikirannya mulai mengembara kemana-mana, dengan begitu Dara tak lagi berpikir untuk memotong rambutnya melainkan mengejar mobil yang Olivia naiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Teen FictionDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...