Eps 70_ Selalu Abadi

10 2 13
                                    

Akan selalu abadi dalam bentuk cinta yang paling indah.
_Dara_





Dara seperti melayang, jauh dari dunia yang ia kenal. Ingatan-ingatan berputar di kepalanya, wajah orang yang ia sayangi muncul silih berganti dan berakhir pada Dio--- orang terakhir dalam hidupnya. Ia ingin berteriak, ingin mengatakan sesuatu, namun suaranya tak keluar. Perlahan-lahan, kesadarannya mulai memudar, ia merasa dirinya semakin jauh dari kenyataan.

"Dara gak punya banyak teman di hidup yang menyedihkan ini, Tuhan. Dara....gak bisa terima untuk takdir yang satu ini Tuhan...." Dara sudah putus asa, apa pun yang keluar dari mulut Jems menyakitkan sekali.

"Dara jangan bilang sama Dio kalau Dara tau semuanya, ya. Dio paling tidak suka dikasihani, Dio paling tidak suka orang-orang menganggapnya lemah. Dio pasti sembuh, Dara cukup percaya dengan itu semuanya."

Tangis Dara berderai dengan keras, tapi masih mengusahakan anggukan atas penuturan terakhir Jems. Pria itu mengajak Dara ke ruangan Dio meski hanya melihat dari kejauhan sana. Namun, Dara menolak. Dara tidak bisa. Ia sangsi tak bisa utuh lagi.

Kalimat Jems menyakiti hatinya. Kalimat itu jahat sekali.

Mengetahui lelaki yang begitu ia cintai menderita gagal ginjal stadium akhir, Dara merasa bahwa waktunya pun tidak jauh berbeda dengan kenyataan itu.

Tapi kenapa, kenapa harus Dio?

Kenapa harus lelaki yang terlihat selalu baik-baik saja? Bahkan, Dara sempat mengatakan bahwa hidup Dio terlampau sempurna seolah-olah lupa bahwa di dunia ini, tidak ada yang sempurna.

"Dara, gue cari kemana-mana. Kalau mau pergi bilang-bilang, gue khawatir!!" Mira menghampiri Dara yang berusaha naik ke brankar. Mendapati Mira membentaknya, Dara menangis tersedu-sedu, alhasil Mira terkejut.

"Dara Lo kenapa---"

"Kak Dio!!" Dara berteriak dengan kacau, memukul-mukulkan kepalan tangannya ke sisi ranjang.

"Dara!!" Mira menahan tangan Dara, tapi gadis itu semakin menjadi-jadi.

"Kak Dio...Mir... Kak Dio..."

"Kenapa dengan Kak Dio, Dar? Kenapa? Lo tenang dulu. Jangan buat gue binggung," tutur Mira selembut mungkin. Keadaan Dara yang separah ini membuat Mira tak berani sekadar meruntuki Dara.

Mati-matian Mira mencari Dara yang entah menghilang kemana padahal hanya ditinggal beberapa menit saja. Mama Novi pun sama, sekarang mungkin wanita itu masih kesana-kemari harap-harap menemukan putrinya yang sekarang nampak tak berdaya.

"Kak Dio sakit," lirih Dara tersengal-sengal. "Kak Dio menderita gagal ginjal, Mir... Kak Dio-nya Dara...gak sempurna Mir.... Kak Dio juga capek selama ini."

Hanya terdengar isakan setelah itu, baik Dara maupun Mira saling memandang satu sama lain. Bila Dara penuh kesesakan maka Mira senyap.

Mira tidak salah dengar, kan?

"Bagaimana bisa Kak Dio terlihat biasa saja selama ini? Kak Dio menyembunyikan semua rasa sakitnya? Kak Dio.... Kak Dio jahat Mir, dia jahat sama gue."

Dara memejamkan mata, semakin pecah tangisan gadis itu. Setelah berusaha menyelesaikan kalimatnya, hampir saja tubuhnya ambruk jika Mira tak segera menahannya. Dunia bukan tempat yang abadi, namun mungkinkah akan sesingkat ini?

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang