Eps 42_ Memalukan

8 5 10
                                    

Jangan jadikan tatapan sebagai acuan perasaan. Dia melihatmu karena punya mata bukan karena cinta.












"Huaaaa!! Gue benar-benar malu. Gue benar-benar malu!"

Pagi ini Dara menggemparkan warga kelas dengan teriakannya yang cukup melengking. Beberapa orang yang sedang menyalin tugas sampai melakukan kesalahan penulisan padahal jam pertama harus dikumpulkan.

"Mira," panggil Dara, berlari ke bangkunya di sudut paling belakang. "Gue benar-benar malu, Mir. Gue benar-benar malu. Tampar gue, Mir. Tampar!" Dengan wajah nelangsa, Dara terduduk di lantai. Mengenaskan.

"Kenapa lagi, Dar?" tanya Mira meladeni, sebetulnya ia malas sekali. Di rumah mengurus Dara, di sekolah mengurus Dara lagi. Lama-lama Mira bisa ikutan tantrum seperti Dara.

"Kak Dio, Mir."

"Kenapa sama Kak Dio? Sakit lagi Kak Dio kesayangan Lo itu?" tanya Mira asal.

Dara menggeleng cepat. "Gue yang sakit, Mir. Gue!"

"Lo sakit apa, hah?" Tampaknya, stok rasa sabar Mira masih banyak. "Siapa yang sakitin sampai-sampai tantrum seperti ini, sayangku?"

Masih dengan ekspresi konyol, Dara duduk di kursinya. Bahu itu lemas, selemas rambut yang diikat kuda.

"Kak Dio tau kalau gue yang ngirim brownies kukus yang kita buat semalam," ucap Dara.

Mira heran. Apa yang salah dengan itu? Memang benar, kan?

"Kemarin gue bilang sama Om satpamnya Kak Dio, agar jangan bilang kalau gue yang ngasih brownies itu."

"Terus?"

"Gue ketahuan." Dara menoleh pada Mira hanya untuk menunjukkan manik berkaca-kaca. "Kak Dio tahu dan dia ngejek gue!."

"Apanya yang salah dengan itu, Dara?" Mira mendengus. "Kenapa juga Lo harus tutup-tutupi? Biar saja Kak Dio tau. Agar perjuangan Lo gak sia-sia."

Ucapan Mira benar, tapi bukan itu yang penting untuk saat ini. Ceritanya jelas berbeda, sudah terjadi.

"Masalahnya bukan cuma itu," celetuk Dara. Memukul-mukul meja dengan buku tugas, mencuri perhatian beberapa orang yang sudah terbiasa dengan tingkah Dara.

"Apa masalahnya?"

Dara dengan gerakan kilat menangkup pipi Mira. "Gue dipanggil Ojol sama Kak Dio!"

"Ojol?"

Gadis itu mengangguk sekarat. "Gue berpesan sama Om satpam agar mengatakan pengirim brownies itu seorang Ojol."

"Ojek online?" tanya Mira dan Dara mengangguk.

Mendengar semua itu, Mira berusaha menahan tawa. Sahabatnya ini memang telah melampaui kapasitas seseorang bisa dikatakan gila. Rasa-rasanya Mira ingin meledak, menertawakan kebodohan Dara. Ternyata cinta bukan hanya membuat gila, tapi juga membuat manusia tak bisa berpikir waras.

Pesan macam apa itu?

"Lo ketawa, Mir?" Dara berkaca-kaca.

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang