Seperti pohon yang memiliki waktu untuk sebuah akar dan dahan kuat untuk berdaun lebat, mulainya mengartikan bahwa proses pelan bukanlah keterlambatan.
_Dardio_Sesuai janji dan bantuan dari teman-temannya, pagi hari di minggu yang cerah, Dio mengunjungi rumah Dara. Membawa buket bunga warna-warni, entahlah apa maksudnya. Semua ini hanyalah saran dari manusia berwujud Rio.
Mobilnya terparkir rapi di depan rumah Dara, Dio tak butuh menunggu lama untuk menemukan Dara muncul dihadapannya.
Pagi ini, gadis itu cantik sekali.
"Selamat pagi Kak Dio!" Dara menyapa, tapi fokus Dio adalah bandana putih di atas kepala. Nyaris seperti bocah SD, outfit Dara hari ini lucu sekali. Overall jeans rok pendek berwarna biru muda. Senada dengan pakaian, Dara mengenakan sneakers putih, tak lupa tas selempang kecil yang juga berwarna biru. Sialnya, gadis itu malah terlihat cantik dan juga lucu, belum lagi senyumnya yang tak juga luntur sejak ia menyapa Dio seperti biasa.
"Buat Lo," kata Dio memberi buket bunga pada Dara. Alhasil Dara mulai dramatis, menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Ini adalah bunga pertama Dara.
"Untuk Dara?" tanyanya pura-pura tuli, padahal sudah tau betul Dio paling tidak bisa mengulang kalimat sampai dua kali. "Kakak gak lagi nembak Dara, kan?"
"Jangan mengada-ada." Dio menoyor jidat Dara pelan, gadis itu cemberut sesaat lalu mengambil alih buket bunga itu. "Kak Dio romantis juga, ya. Kakak harus tahu kalau Kakak orang pertama yang ngasih Dara bunga dan semoga menjadi orang terakhir," kata Dara.
Semalaman Dara rasanya tak bisa tidur, ia menunggu hari ini tiba. Kemarin, Dio tiba-tiba menghubungi Dara dan mengajak Dara jalan-jalan hari ini. Sudah jelas Dara bahagia bukan main, butuh waktu lama untuk menyiapkan semuanya. Mulai dari pakaian, sepatu, rambut, make-up, kamera, baterai ponsel, bahkan hati barangkali Dio mengajak Dara menjalin hubungan nanti.
Dara percaya diri saja dulu.
"Tante ada di rumah, Dar?" tanya Dio sambil melihat ke dalam, Dio hendak meminta izin membawa Dara jalan-jalan seharian ini.
Dara menggeleng sebagai jawaban tidak ada. "Mama ke Butik, Kak. Tiba-tiba ada urusan mendadak, tapi Kakak tenang saja, Dara sudah izin, kok, sama Mama."
"Kalau gitu, gue bisa minta nomor Tante?"
"Huh?"
"Izin bawa Lo keluar. Gak sopan namanya bawa anak orang pergi tanpa izin," kata Dio tenang, tapi berhasil menciptakan kagum di hati Dara.
"Kayak ngajak nikah aja harus ada izin," kata Dara lalu mengeluarkan ponselnya. Mengirim nomor Mama Novi pada Dio.
Dara mengira Dio hanya akan mengirimi Mama pesan, tapi Dio selalu punya gebrakan baru. Dio langsung menelpon Mama Novi, akibatnya Dara tercengang dengan mata membola.
Dara yakin bahkan kalaupun Dio tidak izin, Mama Novi pasti mengizinkan sebab ia adalah Dio. Lihatlah, lagi dan lagi Dara bersemu. Batinnya sudah sangat dekat untuk bisa bersama lelaki ini.
"Okay, sudah selesai." Dio kembali mengantongi ponselnya.
"Kita mau kemana, Kak?" tanya Dara semangat adapun Dio tak mengatakan apa-apa. Memilih mengunci gerbang rumah Dara lalu membukakan pintu mobil bagi gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Teen FictionDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...