Jangan lupa berterima kasih pada Tuhan.
Setelah selesai berkonsultasi dengan Dokter Naldo, Dio tak langsung pulang ke rumah. Ia harus menebus obat dan berencana berkeliling di sekitar rumah sakit yang sudah menemaninya lebih dari sepuluh tahun.
Dunia yang Dio sembunyikan.
Rumah sakit ini sudah berdiri sejak tahun 1970 dan merupakan salah satu rumah sakit terbesar dan terlengkap di seluruh Indonesia. Di sinilah Dio berjuang untuk tetap hidup, bersama beberapa orang yang sudah berpulang dan beberapa lagi tak perlu mengunjungi tempat ini karena telah kembali mekar.
Terkutuk. Dio merasa demikian. Hidupnya habis dengan belajar bagaimana caranya bertahan ditengah gemparan zaman yang semakin canggih. Sedikit menyesal karena di sisa waktunya, ia masih harus datang ke tempat ini.
Dio ingin menjalani hidup seperti manusia pada umumnya. Tak perlu takut kala terlambat makan, tak perlu mengkonsumsi obat-obatan, mampu berkelana kesana-kemari, tak mengenal lelah, bahkan bisa menikmati hal-hal yang sangat disukai.
Sementara Dio? Ia bahkan tak bisa memakan makanan kesukaannya, selalu makan teratur jika tak ingin engap, bahkan rute hidupnya itu-itu saja. Dio bosan.
Apa gunanya uang banyak itu? Dio, ia benci dilahirkan dalam keluarga serba ada namun ternyata tak mampu menikmati semuanya.
Dio berhenti melangkah, berhenti pada satu tempat yang tidak asing.
Tempat bermain anak.
Sudut bibir laki-laki itu tertarik, dulu ia juga ada di masa ini. Seperti anak-anak yang sedang bermain di dalam sana. Mereka semua ceria sebab belum tau hal apa saja yang sudah menanti di masa depan. Mereka masih belum mengerti mengapa harus minum obat, mengapa harus ada di rumah sakit dan masih banyak lagi. Hanya tau bermain lalu tempat ini hadir menyambut kedatangan mereka.
Jendela berlapis kaca, Dio menyaksikan beberapa anak bermain didampingi oleh orangtua mereka. Ada kurus, kegemukan, cacat, sesak, autis bahkan ada juga yang tetap bermain dengan infus yang dipegang. Tempat bermain anak ini memang dikhususkan untuk anak-anak yang sedang melakukan perawatan.
Tidak memandang gender, mereka yang berbeda dibuatkan tempat khusus agar tak mengira bahwa rumah sakit adalah neraka bagi hidup mereka.
Tempat ini penuh kenangan masa kecil yang sampai saat ini masih terbesit di pikirannya. Ternyata, Dio sudah sejauh sekarang.
Tak ingin berlama-lama di satu tempat, Dio kembali melanjutkan langkahnya. Ia menengok kesana-kemari, bernostalgia menapaki jalan-jalan penuh kenangan sampai pada satu tempat.
Di ujung lorong. Dio berhenti, jiwanya bergemuruh. Dio tidak ingin melanjutkan langkahnya.
Saat Dio berbalik, tanpa sengaja ia melihat seorang gadis yang tidak asing.
"Miranda?"
Dio yakin orang yang ia lihat adalah Mira, teman dekat Dara. Sedang apa gadis itu di sini? Diliputi rasa penasaran, Dio mengikuti gadis itu diam-diam. Sampai pada satu ruangan yang bertuliskan-- Spesialis penyakit dalam subspesialis alergi dan reumatologi.
Tak begitu yakin, Dio mengambil langkah untuk lebih dekat. Masih beberapa langkah saja, Dio nyaris terhenyak, bersembunyi dibalik dinding rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
JugendliteraturDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...