Eps 44_ Langit-ku yang Ceria

8 3 8
                                    

Kegelapan tak bisa diterangi dengan kegelapan, maka dibutuhkan seberkas sinar untuk setapak jalan yang nyaris tak berpilar.













Dara, gadis pendek dengan rambut yang mulai memanjang itu menghentak-hentakkan kakinya perkara guru fisika menyuruhnya mengambil buku paket edisi terbaru di perpustakaan yang baru tiba hari ini.

Dari lubuk hati yang paling dalam, Dara paling suka keluar kelas di jam belajar. Akan tetapi, kondisinya agak berbeda hari ini. Dara mati-matian mencari aman agar tak bertemu Dio, namun masih setengah perjalanan, sosok itu kembali terlihat.

Bahkan, berdiri tepat dihadapannya saat ini. Dara tak cukup mampu mengelak, Dio muncul entah darimana, menghadang jalan Dara dengan tampang super menjengkelkan.

"Kak Dio, hai." Dara mencengap, giginya dipaksa nongol, berupaya bertingkah ceria seperti biasa.

"Hai juga, Neng Ojol." Sedangkan Dio, lelaki itu nampaknya tengah menggoda Dara. Badannya sedikit dicondongkan, ia juga menyamakan tingginya dengan Dara yang dari tadi menunduk.

"Neng Ojol?"

"Kak Dio!" Dara merengek, malu sekali. "Bisa berhenti ngomong gitu, gak? Dara tabok, nih!" Lalu mengepal tangannya dihadapan Dio.

Sudut bibir lelaki itu tertarik, salah satu alisnya juga sama."Ojol, kan? Gak muat orderan hari ini?"

"Malas, ah!" Dara cemberut, pipinya bersemu bukan karena senang tapi sekarat melarat.

Tidak ada alasan untuk tidak tertawa, tingkah Dara cukup mengemaskan dimata Dio. "Kenapa lo menghindari gue?" Dio kembali ke setelan pabrik.

Dara langsung menggeleng atas jawaban tidak. "Enggak, kok."

"Terus kenapa kabur?"

"Kabur apanya? Dara buru-buru ada tugas," jawab Dara sedikit gugup. "Gak ada menghindar juga." Mmbela diri di akhir.

Dio berdehem pelan, masih tak bisa melepas pandangannya dari gadis dihadapannya itu. Selama yang Dio tau, Dara hampir tidak pernah mengalihkan pandangan darinya. Bahkan terkesan ugal-ugalan setiap saat.

"Pertama Lo ninggalin gue di parkiran. Kedua, Lo gak jadi ke kantin karena ada gue. Ketiga, Lo kabur dari taman karena lihat gue. Keempat, Lo juga kabur setelah teman Lo manggil nama gue. Kelima, Lo baru aja mau kabur." Dio mengabsen tingkah konyol Dara yang untungnya terekam jelas.

"Memangnya gue hantu makanya Lo lari?"

"Kak Dio," Dara mulai berani. "Dara bukan kabur tapi cuma sedikit menghindar. Dua hal tersebut konteksnya beda."

"Menghindar kenapa?" tanya Dio lagi.

"Seperti yang Kakak bilang," jawab Dara asal.

"Kapan gue bilangnya?"

Dara memandang sengit Dio. "Sering! Jadi Dara sedang menjalankan tugas agar Kakak tidak risih. Itu, kan, yang Kakak mau?"

Teriakan Dara keluar begitu saja, Dio yang mendengar suara itu dengan sangat jelas entengnya malah mengangguk paham.

"Bukan karena identitas Ojol Lo ketahuan?"

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang