Eps 19_Hanya sedetik

41 7 6
                                    

🎧Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan
Jiwaku berbisik lirih
Ku harus milikimu🎧






"Kak Dio!" Dara melambai. Laki-laki yang dipanggil hanya menatap datar dirinya sedatar lantai tempat Dara berpijak.

Laki-laki berkacamata yang tadinya mengobrol banyak dengan Dio akhirnya pergi, seolah memberi ruang bagi Dara. Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Dara, dengan cepat Dara menghampiri Dio, duduk bersama dengan laki-laki itu dibawa pohon jambu biji di depan lab IPA lantai satu.

"Dara bawain kakak cokelat!" Dara tersenyum lebar. Meletakkan cokelat itu diatas tas laptop Dio. "Kakak suka, kan?"

Dio memandang Dara sebentar lalu kembali fokus pada laptopnya. "Makasih, ya, Dara. " Dara memanyunkan bibirnya. Seperti biasa kalau Dio mengabaikan, Dara harus berterima kasih seorang diri.

"Makasih, ya." Selanjutnya Dio peka dan mengucapkan terima kasih kepada Dara.

"Kakak ngerjain apa?" tanya Dara basa-basi, mencondongkan tubuhnya kedekat laptop membuat Dio harus ekstra sabar lagi.

Laki-laki berjaket abu-abu itu menggeser Dara yang semakin lengket dengannya "Hanya tugas biologi," jawab Dio seadanya.

Dara sok mengerti, mengambil permen karet yang berada didalam saku roknya lalu memakan permen karet sekali tiga. "Dara ikut main basket, voli, bahkan futsal. Dara hebat, kan?" tanya Dara ingin mendengar pujian Dio. Walau ia sudah melakukan pemborosan kata, harusnya cukup sampai basket saja.

"O,ya? Hebat banget dong," jawab Dio sok asik. Jari-jari lentiknya heboh dalam mengetik satu persatu kata hingga menjadi sebuah paragraf laporan.

Dara tersenyum damai mendengar ucapan Dio. Entah bagaimana mulanya Dio jadi seramah ini pada Dara. Walau Dara tahu Dio hanya terpaksa.

"Kakak gak ikut berpartisipasi?" tanya Dara setelah beberapa menit dengan respon Dio. Sepertinya Dio tidak akan bicara jika Dara tidak memulainya.

"Malas," jawab Dio super santai. "Dara semangat, ya, buat besok." Dio mengakhiri acara ketik-mengetik didalam benda pipih itu, menengok Dara sekilas.

"Kakak nyemangatin Dara?" Dara sampai berkaca-kaca. "Dara gak mimpi, kan?"

Dio mengangguk sebagai jawaban "Dara ada tugas? Sini Kakak bantuin," ucap Dio menawari. Tak ada jawaban, Dara hanya menghela napas panjang. "Dara maunya cinta dari Kakak saja," ucap Dara sungguh-sungguh.

Respon yang paling Dara benci, Dio langsung mengalihkan pandangannya. Mengalihkan karena kesal adalah hal yang paling sering Dio lakukan. Kali ini berbede, Dio mengalihkan pandangannya hanya untuk menghirup udara segar sebanyak-banyaknya. Menyiapkan setiap untaian kata-kata bijak sekaligus menguatkan hati menghadapi seorang Dara.

"Dara gak capek?" tanya Dio. Meletakkan laptop yang berada di pangkuannya ke samping sebelah kiri.

"Engak, Dara gak capek," jawab Dara tanpa ragu meski belum paham konteks.

"Kakak gak mau nyakitin Dara karena masih belum bisa membalas cinta Dara."

"Masih belum, berarti ada kesempatan, kan?" Wajah Dara berseri-seri, Dio nampaknya salah memberi ejaan kata.

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang