Eps 6_ Harapan yang Pupus

38 7 12
                                    

Bahkan walau meraihnya begitu sulit, aku akan tetap bertahan.






Kabar burung begitu gencar menggalih kehidupan seorang adik kelas yang tidak ada apa-apanya dengan seorang kakak kelas yang seluruhnya ada apanya. Bahkan kabar riuh saat kakak kelas itu mengendong sang adik kelas menuju UKS karena diketahui pingsan, semakin tersebar keseluruhan penjuru ruangan.

"Lo hebat Dar, ada kemajuan." Mira sangat bangga. Menepuk-nepuk pundak Dara memberi apresiasi terhadap Dara.

Sedangkan Dara? Tentu Dara bahagia bukan main. Untuk kedua kalinya Dara digendong Dio walau Dara tidak sadar. Sedikit miris, Dara tidak menyadari moment yang paling ia nantikan.

Setelah ini, mungkin Dara akan menjalankan aksi pura-pura pingsan di depan Dio setelah itu Dio akan panik dan langsung mengendong Dara ala-ala bridal style.

Hanya membayangkan tapi mampu membuat pipi tembem Dara merona merah jambu.

"Dara sudah bilang, Kak Dio itu pasti akan luluh sama Dara. Secara Dara itu cantik, mempesona, manis, imut, pendek kayak botol yakult!" Dara bangga setelah memuji habis-habisan dirinya sendiri.

"Dar?" panggil Mira pelan.

"Apa?"

"Lo itu tepos, kurus, pipi Lo aja yang gede" gerutu Mira gemas sendiri.

Keduanya terkikik geli seketika, lalu tertawa terbahak-bahak seakan hari esok tak ada lagi untuk sekadar tersenyum. Penghuni UKS lainnya yang lagi sekarat terdengar sedang menyumpahi Dara dan Mira karena suara mereka yang persis seperti kuntilanak.

Dara dan Mira adalah perpaduan antara bodoh dan tidak berisi.

***

"Aku gak terima diputusin secara sepihak sama kamu!!" Azkia kembali menghadang jalan Dio.

"Sudah,  cukup sampai disini." Dio berjalan ke samping kanan namun Azkia kembali menahannya, begitu juga saat Dio berjalan ke samping kiri. Hal terus berlanjut hingga Dio menarik napas panjang dan berhenti. Atensinya ada pada mantan kekasih.

"Kamu gak boleh giniin aku, Dio. Aku sayang sama kamu, aku gak mau putus. Aku kurang apa, hah? Di mana letak salahku, di mana bagian yang kamu gak suka?"

Air mata gadis itu bercucuran, Azkia belum terima saat Dio tiba-tiba meminta putus padanya. Tidak ada hujan tidak ada angin, Dio memberi keputusan secara sepihak. Azkia tidak terima karena Azkia sangat mencintai Dio dan Azkia yakin sebaliknya.

"Setidaknya kasih aku alasan, kamu gak boleh giniin aku." Sekali lagi Azkia mengucapkan kalimat yang sama.

"Ki, kita gak cocok lagi. Kamu berhak mendapat yang lebih baik dari aku." Dio berusaha tenang.

Melihat Azkia menangis seperti saat ini membuat Dio merasa bersalah. Gadis yang sangat dia cintai, gadis yang tak bisa dia lupakan walau sedetik pun, gadis yang selalu hadir dalam doa-doanya dan gadis yang dia harapkan akan selalu ada untuknya sampai maut memisahkan.

Azkia adalah cinta pertamanya. Namun kata orang-orang, cinta pertama akan selalu gagal.

Dio merasa tak cukup mampu membuat gadisnya bahagia dan gadis ini berhak mendapatkan yang lebih baik darinya. Itulah alasan jelas, namun tak mampu ia utarakan.

"Kamu mencintai cewek lain?"

"Bagaimana mungkin aku melakukan itu?" Dio balik bertanya.

"Terus kenapa? Kenapa kamu tiba-tiba mengakhiri hubungan kita?" Azkia mendesak.

"Kita gak cocok lagi."

"Siapa yang bilang? Alasan kamu, saja, kan? Kamu punya simpanan? Atau adik kelas itu? Kam---"

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang