Eps 71_ Topeng Diwajahnya

8 2 10
                                    

Tuhan mempersiapkan kamu untuk orang yang kamu doakan karena hubungan yang baik layak untuk didoakan.
_Dara_







Saat kelopak matanya terbuka, Dara menemukan dirinya masih ada di bumi alih-alih ruangan serbag putih yang mana hanya ada sunyi dan dirinya sendiri. Dara berharap ini mimpi, sehingga tak perlu merasa sesakit ini. Bukan perihal sakit di dalam dirinya, tapi pada lelaki yang sangat berarti untuknya.

Dio.

"Dara ingat tidak? Saat pertama kali Dara datang ke rumah lalu Dio mengusir Dara? Yang mana tiba-tiba hujan dan Dara basah kuyup di luar. Masa itu, Dio sebenarnya kesal sekali pada Dara, namun rasa kesalnya kalah telak. Sebanyak apapun Dio menyangkal diri, ia akhirnya datang menemui Dara, bukan? Membawakan payung dan mengantarkan Dara pulang."

Dara terpaku, disebelahnya Kirana tak henti-hentinya mengelusi rambut gadis itu. Membawa Dara ke dalam dekapannya, membiarkan Dara menjadikan bahunya sebagai penumpu.

"Dio memang luarnya dingin banget tapi Dara harus percaya kalau Dio itu orang yang paling perhatian pada semua orang termasuk Dara. Dio tak banyak bicara, ia lebih banyak mengamati lalu bertindak. Kalau bahasa gaulnya, act of service," kata Kirana tenang.

"Bukan hanya pada Dara, bahkan kakaknya sendiri tidak tau kalau Dio, masih harus berjuang sampai hari ini."

Kirana mengajak Dara bercerita, pada malam panjang tanpa bintang, keduanya saling memandang. Ada jeda dan ruang, Kirana meminta izin pada Mama Novi untuk membawa anaknya membahas sejarah mengenai cerita yang belum tuntas.

Hanya ada Kirana dan Dara.

"Kenapa tidak melakukan transplantasi ginjal saja, Tante? Sampai kapan Kak Dio bisa bertahan? Apakah sesulit itu mencari donor ginjal? Jika memungkinkan, ambil saja ginjal Dara. Dara pernah baca artikel, katanya manusia bisa hidup dengan satu ginjal, satu ginjal Dara buat Kak Dio aja." Dara tidak main-main dengan ucapannya, setelah berjam-jam pingsan, gadis itu terbangun dengan tenang yang masih belum mampu melingkupinya.

Dara ternyata tidak bermimpi perihal masa lalu yang terulang kembali.

"Dara sayang.... semua tidak sesederhana yang kamu pikirkan, Nak. Jika Tante bisa, sudah dari dulu Tante memberikan ginjal Tante untuk Dio, nyatanya memang tidak semudah itu."

"Tapi Kak Dio kesakitan, Tante. Kak Dio gak bisa selalu hidup dengan satu pilihan," kata Dara. Detik berikutnya ucapan gadis itu terdengar memaksa, meragukan tangan Tuhan seakan-akan manusia bisa memegang kendali atas hidupnya sendiri.

"Dara lihat Tante." Kirana menangkup pipi gadis itu, menatapnya lekat sebagai pusat semesta.

"Dio tidak ingin lagi melakukan transplantasi ginjal, sayang."

"Ap-apa?" Dara gagap, tidak percaya tapi Kirana kini menangis dihadapannya. "Kegagalan kemarin membuat Dio berhenti memperjuangkan hidupnya."

"Dara yang akan bicara sama Kak Dio!" seru Dara. "Pokoknya Kak Dio harus sembuh, Tante."

"Tidak, Dara, tidak. Dio sudah teramat lelah, ia sudah bertahan hidup sampai sejauh ini, Nak. Dio berhak atas hidupnya, kita tidak bisa memaksa Dio bertahan saat ia memilih untuk---"

"Tante iklhas Kak Dio pergi? Tante iklhas Kak Dio gak ada selama-lamanya?" Dua pertanyaan keluar begitu saja, baik Kirana maupun Dara saling berargumen dengan opini yang berbeda. Bagi Dara, membiarkan Dio atas pilihannya bukanlah jalan yang tepat.

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang