Eps 25_ Bunga Matahari

11 4 1
                                    

Cinta sebesar ini masih tidak kelihatan?

"Olivia Lorycne!" Dio mendecak, memandang sengit Kakak sulungnya sekaligus saudara perempuan satu-satunya.

Sejak pulang sekolah, Olivia yang biasa dipanggil dengan sebutan Olin tak kunjung minggat dari kamar Dio. Gadis 23 tahun itu terlihat sangat nyaman bergolek manja dikasur Dio. Sedangkan sang empunya kamar sedari sudah memaksanya untuk pergi dengan kesabaran penuh.

"Lo punya kamar sendiri, minimal jangan dikasur gue lah!" Kesabaran Dio habis, lelaki itu berkacak pinggang sambil memijat pelipisnya. "Please, Lin. Keluar gak dari kamar gue?!"

"Panggil Kakak dulu baru gue keluar," kata Olin songong. Dia tahu Dio pasti menolak, sangat menyenangkan mengganggu ketenangan Dio--- kebiasaan Olivia sejak dulu dan ia ingin melakukan hal ini selamanya.

"Please lah!"

"Panggil Kakak dulu, Dio. Lo ga sopan banget sama gue, bisa-bisanya manggil nama. Asal Lo tahu, enam tahun lebih awal gue bernapas di bumi baru Lo lahir," celetuk Olivia sombong.

"Gak peduli," kata Dio kesal.

"Yaudah, gue gak bakal keluar---"

"Astaga anak ini, iya-iya." Dio menarik napas dalam-dalam, setidaknya ia harus kuat menghadapi kenyataan bahwa kakaknya masih tidak berubah meski sudah kepala 2. "Kakak gue yang paling cantik, tolong keluar dari kamar gue, ya. Saya mau tidur, capek seharian belajar. Hm?"

"Kurang lembut," balas gadis itu tak puas.

" Kak Olivia Lorycne mahasiswi berprestasi  Oxford university, paling rajin dan paling istimewa di hati Papa. Tolong, ya?"

"Kurang manis, ulang lagi. Lo kelihatan gak ikhlas."

"Olin---"

"Eits, dilarang mengumpat pada Kakak sendiri."

Wajah songong Olivia hampir membuat Dio kehilangan kesabaran. Beruntung Dio tak ada masalah pada jantung, kalau tidak sudah dipastikan nyawa Dio melayang karena harus berhadapan dengan satwa kesasar di kamarnya.

"Kak, please lah!" Dio resah, tenaganya terkuras. Adapun Olivia tertawa jenaka, bangkit berdiri tapi bukan langsung pergi melainkan duduk di tepi ranjang--- disamping Dio yang sudah menyerah.

"Adik gue gak secerewet dulu lagi," kata Olin gemas, mencubit pipi Dio tanpa izin. Biasanya Dio akan ngamuk, tapi kali ini ia hanya melirik tak suka.

"Tambah ganteng juga, ternyata bayi gue udah gede. Terharu," sambung gadis itu memasang wajah sedih. "Dulu masih gue cebokin sekarang udah bisa ngusir Kakaknya."

"Lin---"

"Shut, belum selesai bicara." Olin memicing, lalu menampilkan deretan gigi ratanya. "Panjang umur, ya. Kakakmu ini mau lihat adiknya tambah dewasa lagi."

Kalimat sederhana Olin lantas mencuri perhatian Dio. Awalnya lelaki itu sangat kesal, namun kini ia sedikit berbeda. Tidak ada yang salah dengan kalimat itu, Dio hanya berat mengartikannya.

Mungkinkah bisa lebih lama lagi?

"Dicari kemana-mana ternyata ngumpul di sini." Pintu kamar Dio terbuka, Kirana menunjukkan batang hidungnya. Wanita paruh baya itu baru saja tiba di rumah setelah mengantarkan Dara pulang.

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang