Eps 48_ Nasehat dari Kak Dio

7 3 8
                                    

Abadilah dalam kekosongan, tapi jika nanti semesta kembali mempertemukan kita bukankah berarti masanya belum selesai?





"Gak salah lagi, ini pangsit memang enak."

"Tuh, kan. Gue bilang memang enak, minusnya cuma satu. Gampang sold out," sahut gadis disebelah Dara.

"Ada juga untungnya kita diusir dari kelas," ungkap Dara seenaknya, membuat Mira yang mau tak mau ikut dengan anak-anak ini menatap Dara serius.

"Kayaknya si Bambang bakal nyesal gak gabung sama kita," celetuk seorang lagi.

"Valid!" seru Dara. "Malah tadi dia sok menjawab pertanyaan, padahal gue yakin seribu persen kalau si Bambang joki tugas!" Dara mendecak, sudah seperti orang paling benar. Tak lama, ia kembali tersenyum menikmati makanan yang melewati kerongkongan. Nikmat.

"Kalau gini ceritanya, gue bisa habis lima porsi. Mbak satu---"

"Cukup, Dara." Mira menepuk mulut Dara, menahan gadis itu bersuara.

"Apaan, sih, Mir. Orang lapar juga," celetuk Dara menggerutu.

"Lo udah makan banyak, Dara. Itu banyak micinnya. Gak baik untuk kesehatan Lo," ucap Mira menasehati. "Lo gak dengar kata dokter Adi kemarin?"  tanya Mira, tapi Dara tak menjawab.

"Kapasitas otak Lo semakin merosot sejalan dengan micin yang masuk ke tubuh. Pikir dikit, lah!"

Dara terdiam beberapa saat, entah karena sadar diri atau sedang memaki Mira dalam hatinya. Tau begini, lebih baik tadi Dara tidak memaksa Mira untuk ikut dengan mereka sehingga Dara bisa memakan pangsit goreng sesuka hatinya.

"Ya, Tuhan. Berat banget hidup jadi gue, mau makan aja mikirin micin..." Dara menangapi pelan, meminum air untuk mengenyangkan dahaga.

"Bahkan minum pun tak ada manis-manisnya." Setelah itu terus mengoceh, menyindir Mira dan Mira terlihat tidak tersendir. Teman-teman Dara yang lain hanya bisa terkekeh, tak mau ikut campur secara mereka memesan es teh manis dingin dan Dara satu-satunya yang memesan minuman tak berwarna.

"Di sini ternyata kalian." Tiba-tiba ketua kelas--- Toton datang. "Dasar tak berperikemanusiaan. Kalian dipanggil ke kantor guru. Guru besar marah kalian gak ada di depan kelas setelah disuruh keluar."

"Tadi disuruh keluar kelas, nah, kantin termasuk di luar kelas, kan?"

"Diam!" seru Toton.

Bukannya tersadar, orang-orang itu membuang napas berat termasuk Dara. Lagi enak-enaknya menikmati hidup malah disuruh minggat.

"Gak makan pangsit dulu, Ton?" Dara menawari dan langsung mendapatkan tatapan tajam Toton.

"Sabar pak ketua. Belum habis, nanggung."

"Benar, belum habis, nih. Sabar, ya."

"Nanti kami datang, kok. Tenang aja."

"Betul!" Dara berteriak di akhir. "Menghadapi guru besar butuh tenaga jadi---"

"Sekarang juga atau gue bilangin kalian semua nongkrong di kantin," titah Toton mengancam, kesal sekali. Hidup sungguh tidak adil, tapi Toton terpaksa menjadi ketua kelas demi Ibunya. Sebenarnya Toton mau saja, tapi melihat bentukan teman sekelasnya, Toton rasa tahun depan ia tak lagi mengajukan diri.

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang