Eps 47_ Fisika Lagi

7 3 8
                                    

Kita pantas mendapatkan apa yang sesuai dengan diri kita.









"Mama tumben lama pulangnya?" tanya Dara, menyambut kedatangan Mama Novi di pintu depan.

19:30 WIB.

Tidak biasanya Mama pulang semalam ini, Dara tentu khawatir. Apalagi, raut muka Mama nampak berbeda dari biasanya.

"Sudah makan, Dar?" tanya Mama, mereka masuk ke rumah dan bukannya menjawab pertanyaan Dara, wanita itu malah mengganti topik pembicaraan.

Dara mengangguk, mengikuti langkah Mamanya. "Lagi ada masalah, ya, Ma, dibutik?"

Wanita yang senantiasa tampil sederhana itu menggeleng kepala, meneguk air yang Dara berikan padanya.

"Mama cuma kecapekan saja, sayang." Mama Novi membalas semanis mungkin. "Sudah minum obat?"

"Ish!" Dara mendecak. "Dara gak suka pertanyaan klasik kayak gitu." Lalu memeluk Mama Novi. Pergerakan tiba-tiba itu sontak mengejutkannya, tapi ia segera membalas pelukan putrinya.

"Mama jangan capek-capek, dong. Dara gak mau Mama capek, kalau Mama capek nanti yang ngurus Dara siapa?" Mode manja Dara keluar, namun jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa ibunya sedang bergelut dalam masalah yang tak ingin dibagi pada Dara.

"Mama," Dara memegang tangan Mama Novi. "Mama punya Dara dan Dara punya Mama. Kalau ada sesuatu, Mama harus ngomong sama Dara, cerita semuanya sama Dara. Walau mungkin Dara gak bisa bantu, tapi setidaknya Mama bisa berbagi. Lampiaskan pada Dara juga gapapa," kata Dara panjang.

"Kamu memang pandai bicara," ucap Mama Novi, menarik hidung Dara gemas. "Mama jadi terharu, but you know. Mommy-mu ini kuat, capek dikit gak ngaruh," tambahnya mengikuti gaya bicara Dara.

Dara akhirnya bisa tersenyum, meski tak begitu puas. "Kalau gitu Mama istirahat, ya."

Mama Novi mengangguk. "Okay, kamu juga."

"Dara mau ngerjain tugas dulu ke rumah Mira," ucap Dara.

"Kalau gitu nanti pintunya jangan lupa dikunci. Mama tidur duluan," titah Mama Novi yang langsung diangguki oleh putrinya.

Si cantik bermodalkan buku tugas dan alat tulis lainnya menuju rumah Mira. Entah untuk belajar atau hanya sekadar menyalin jawaban Mira.

***

"Gimana, cantik, kan?" Olivia berlagak seperti model yang sedang mengitari panggung, menampilkan pesona tiada tara.

Gaya berjalan juga bentuk badan mungkin cocok-cocok saja, tapi sial sekali penontonnya hanya Dio seorang. Untung saja, Dio memperhatikan sang Kakak, sambil bertopang dagu, jujur malas sekali.

"Cantik, gak?" tanya Olivia lagi.

"Iya, cantik."

"Apanya?"

"Baju Lo," jawab Dio seadanya.

Detik itu juga Olivia memekik. "Ini baju lama, Dio. Maksud gue rambut," Olivia menjamah rambutnya. "Rambut baru gue!" jelas gadis itu hendak meledak.

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang