Untuk sekarang Dara akan tetap menunggu, Kakak sudah atau tidak itu urusan Kakak. Terima kasih telah menjadi pemilik hati Dara.
"Kak Dio!!" Dara tentu tak punya alasan untuk tidak bahagia. Menatap Dio dengan balutan baju tidur bermotif bintang-bintang. Ah, Kak Dio bertambah manis saja, bisakah Dara meminjam baju itu?
Mendengar suara yang tidak asing lagi di telinga, Dio membuka matanya secara perlahan. Matanya membelalak lebar, berlari sekencang mungkin kembali ke kamar.
Dara? Perusuh itu? Dara melihat Dio dengan baju tidur yang terpaksa dipakai karena Mama merajuk kalau Dio tidak memakainya? Ayolah, nasib buruk lagi dan lagi. Di mana wajah tampan ini akan campakkan? Tolong carikan tempat yang pantas! Atau lebih baik campakkan saja Dara.
Dara pelanga-pelongo, kembali duduk ke tempat semula, pasalnya beberapa detik sebelumnya Dara sempat berdiri sangkin bahagianya melihat Dio.
Dio telah berporos dalam hati Dara.
"Kak Dio kenapa, Tante?"
Kirana angkat bahu. "Malu mungkin."
"Malu kenapa?"
Saat Dara hendak meminum kopi yang tinggal setengah lagi, tangannya tiba-tiba di cekal. Menarik Dara tanpa diduga-duga. "Ngapain Lo kerumah gue? Pulang Lo!!" ketus orang itu yang tak lain adalah Dio. Laki-laki itu telah berganti pakaian, setelan rumahan yang membuat Dara kembali terkagum-kagum.
Melupakan fakta kalau dia sudah ditarik keluar dari rumah megah milik Dio.
"Dari siapa Lo tahu rumah gue?"
Dara menggeleng- kepala. "Dara---'
"Ngapain Lo kerumah gue?"
Lagi-lagi Dara mengeleng, hendak menjawab.
"Pulang Lo!"
Dara mengeleng kepala, kali ini ia menolak keras.
"Kakak sakit? Kenapa pucat banget?"
"Pulang Dara!" ketus Dio. Sepertinya Dara itu jelmaan setan, disuruh pulang malah menerobos kembali masuk.
"Dara!! Lo ngerti bahasa, gak?" Dio kembali membentak. Menghentakkan tangan Dara yang sempat ia cekal.
"Iya, Dara bakal pulang. Dara cuman mau pamit sama Tan---"
"Gak usah Lo mending pula---"
"Dio kamu ini kenapa?" Mama Kirana tiba-tiba muncul di antara keduanya. Saat Dio membawa Dara keluar secara paksa, ponsel Kirana tiba-tiba berdering. Mau tak mau dia harus menjawab dulu sebelum menghentikan tindakan kejam Dio.
"Dara cuman mau silahturahmi, kamu gimana sih?" Mama menatap Dio tidak suka. Menarik Dara kembali ke dalam rumah.
"Tapi Ma--"
"Kamu tidur saja. Kamu masih kurang sehat," ujar Mama.
Dio menyerah, mengikuti langkah kedua wanita di depannya itu. Tangannya terlipat, menatap tajam tanpa berkedip sedikit pun pada Dara. Alih-alih merasa takut, gadis itu malah bertopang dagu membalas tatapannya.
Gadis gila.
"Lo tahu rumah gue darimana? Mau jadi penguntit Lo?" tukas Dio tajam, sekali lagi Dio mempertanyakan pertanyaan yang sama.
Selama ini Dio diam saja, berharap gadis itu sadar. Alih-alih sadar, gadis itu semakin kelewatan batas. Menggali kehidupan pribadi Dio? Dio paling benci hal itu. Dio tidak suka privasinya di ketahui publik termasuk Dara sendiri.
"Dio!! Mama gak pernah ngajarin kamu ngomong gitu," tegur Mama Kirana.
"Dia penguntit Ma!! Kenapa Mama ngijinin dia masuk?" Dio tak mau kalah, lelaki itu hendak membentak keras.
![](https://img.wattpad.com/cover/271821339-288-k186157.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Fiksi RemajaDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...