Jika ingin menghina, maka hina saja aku. Tapi jika kau membawa ibuku maka lawanmu adalah aku
Byurrrr
Dara langsung berdiri detik itu juga, rambut dan bajunya basah, disiram dengan air yang cukup berbau. Dara curiga air itu berasal dan got depan sekolah. Air comberan.
Akan tetapi, masalah besarnya bukan hanya itu. Seseorang yang menyiram air berbau itu tak lain ialah perempuan berkulit putih di samping kanan Azkia. Ya, Azkia. Gadis itu.
Mereka melipat tangan di depan dada, tersenyum sumringah dengan hal yang baru saja mereka perbuat. Terkesan seperti perundungan dan mungkin memang iya.
"Pelakor!"
"Kak Kia." Dara terperangah, berharap ia kembali bermimpi buruk. Azkia dan teman-temannya? Siswa-siswi berpengaruh di sekolah ini?
"Dasar cewek gak tau diri!" kata Azkia, mendorong bahu Dara.
"Maksud Kakak---"
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di pipi Dara, wajahnya melongok ke samping, searah dengan tamparan tiba-tiba itu.
Dara memegangi pipinya, ia masih tidak mengerti. "Kenapa Kakak nampar Dara?" tanya gadis itu bingung, masih tak sadar bahwa gadis-gadis dihadapannya sudah sangat beringas layaknya singa hendak menerkam.
"Pake nanya Lo!" Gadis kardigan loreng kehitaman, menyentak.
"Gak usah sok polos!" Seorang lagi mendukung.
"Maksud Kakak apa? Dara ada salah sama Kakak?"
Sederhana saja. Setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Dara, Azkia turun tangan. Ia sudah tidak sabar lagi. Mendorong Dara lagi hingga kali ini punggung itu terbentur pada batang pohon.
"Maksud Lo apa jalan sama Dio?"
"Aku---"
"Anjing Lo, ya! Berapa kali gue harus bilang sama Lo, jauhi Dio. Ngerti bahasa, gak?" pekik Azkia, matanya sampai memerah, bahkan tangannya mengepal.
"Jadi cewek tau diri. Lo pikir pantas orang kayak Lo bersanding Dio? Pelakor!"
Azkia hendak memberi tamparan, tapi kali ini Dara bisa menahannya.
"Apaan, sih, Kak!" Dara menghempas tangan Azkia. "Dara sama Kak Dio cuma lihat pameran, gak ada apa-apa," kata Dara jujur karena memang itulah kenyataannya.
"Lagipula Kakak sama Kak Dio sudah putus, kan? Menurut Dara, gak sopan ngomong pelakor sementara Dara gak tau alasan kenapa kalian putus. Kakak kasar banget, tau, gak."
Dara memberi gagasan, selembut mungkin nada suaranya menyapa telinga Azkia dan teman-temannya. Sayangnya, hal itu malah menambah kemarahan mereka bertiga. Terutama Azkia.
"Cuma jalan Lo bilang?" Azkia mengeram. "Dio milik gue. Selamanya begitu. Paham?!" bentak Azkia.
"Memang dasar Lo gak tau diri. Dio itu cuma kasian sama Lo, jangan berharap Dio suka atau apalah. Lo itu cuma dikasihani. Paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
JugendliteraturDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...