Eps 72_ Akan Selalu Ada, Kan?

14 2 10
                                        

Semoga kamu menemukan dirimu dalam suatu hubungan yang hanya Tuhan yang mampu menempatkan kamu di dalamnya
_Dio_







Setelah dijelajahi lebih jauh, ternyata Dara pernah mengirimi Dio pesan yang isinya seperti ini--Menyukai laut tidak harus menyelam kedalamnya, cukup melihat dari kejauhan saja rasanya sudah cukup menenangkan.

Pesan gadis itu tidak berhenti di sana. Pada slide kedua masih ada paragraf panjang yang isinya kurang lebih seperti ini, bahwa aku selalu senang melihatmu bahagia, semoga bahagia selalu menyertaimu. Kamu seperti laut, indah dan aku tenang hanya dengan berdiri menikmati keindahanmu. Namun, rasanya tidak pernah cukup sampai di sana. Jika kamu laut, aku ingin menyelam, munafik jika aku tak ingin melihat lebih jauh mengenai ikan-ikan yang berenang kesana-kemari, mengenai terumbu karang yang indahnya luar biasa, atau mungkin jala ikan yang dibuang oleh nelayan tidak bertanggungjawab. Bukan perihal indahnya saja, aku bahkan ingin hanyut dalam ombaknya. Tentangmu, tak pernah cukup sampai di satu sisi.

Sekarang ini, Dio memahami makna pesan dari Dara. Memahami lebih jauh mengenai Dara yang selama ini mengejarnya mati-matian dan tak berniat untuk menyerah. Dio, lelaki itu pun ingin melakukan hal yang sama.

Rasanya tidak cukup melihat Dara dari kejauhan. Ia ingin bertemu, berbicara tentang hal-hal yang tak perlu sekalipun. Apapun tentang Dara, Dio menyesal sempat mengabaikan gadis itu terlalu lama.

"Dar, Lo dipanggil sama pujaan hati," kata Bambang histeris. Dara yang sedang membaca buku sebatas kepala menurunkan buku itu sampai maniknya bisa dilihat oleh lelaki dihadapannya.

"Siapa?"

"Siapa lagi? Kak Dio, lah!"

"Kak Dio?!" Dara terperangah, menjatuhkan buku itu di atas meja. "Yang benar!?"

"Iya, Dar. Kak Dio di depan itu, yang lain sampai mengerumuni Kak Dio, sana cepat!"

Mendengar kata dikerumuni, Dara tidak tinggal diam. Segera gadis itu angkat kaki, keluar kelas dan benar saja Dio ada di sana. Menunggunya, segera menyadari kedatangannya dengan senyum tipis. Sungguh, mengapa lelaki itu selalu tampan?

"Gila, pelet Lo berhasil!"

"Kak Dio nyari Lo, Dar."

"Sumpah, gue gak nyangka."

Beberapa orang berbisik ditelinga Dara, tapi fokus utama Dara ialah sapaan Dio.

"Mau belajar Fisika lagi?"

Belum sempat Dara menjawab, Dio menarik tangannya yang membuat sorai riang gembira dari teman-teman kelasnya. Bahkan Dara pun mendengar ada yang berteriak, "Kapal kita berlayar!" Membuat Dara malu semalu-malunya.

"Ingat buku yang kemarin gue bilang pengen gue beli? Sekarang gue punya, Kakak gue yang beliin," ucap Dio pamer, menunjukkan buku yang tebalnya lebih dari 400 halaman pada Dara.

Satu hal yang lelaki itu tidak ketahui bahwa Dara yang memilih buku itu. Bukan sekadar buku, Dara juga bertukar nomor dengan si pemberi buku. Dio tertinggal dibelakang.

"Oh, ya?" Dara menanggapi. "Enaknya punya Kakak," kata Dara tanpa sadar.

"Maksudnya, Kak Dio pasti senang. Iya, kan?" tanya Dara gelagapan.

Adapun Dio mengangguk tak enak, harusnya ia tidak perlu pamer tadi. Keduanya berjalan berdampingan ke perpustakaan. Tempat yang biasa mereka duduki penuh, alhasil keduanya berjalan ke meja-meja di rak paling belakang.

"Semalam gue udah baca sebagian, mau dengar ceritanya?" Lagi, Dio menawari. Entah kenapa lelaki itu nampak sangat bersemangat hari ini. Sementara Dara sebisa mungkin bersikap seperti biasa.

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang