Berjuta cara telah kucoba untuk membuatmu luluh, namun apa kata dunia dengan takdir yang tak mampu ku tempuh.
Dara memutar-mutar kursi kebesaran Mamanya, sial, Dara sama saja bosannya jika berada di rumah sekali pun.
Mama lagi sibuk dengan pekerjaan, ada wanita dengan gaya super luar biasa tengah memilih-milih pakaian dan Mama dengan senang hati menemani serta memberikan informasi mengenai jenis-jenis pakaian yang dijual di butik.
Ponsel ditinggal dirumah, laptop kerja sang ibu yang berada di meja tidak minat disentuh oleh Dara, membaca buku juga tidak mungkin, Dara benar-benar kacau hari ini.
Di luar matahari lagi terik-teriknya, jika menerobos Dara bukannya sampai dirumah melainkan di rumah sakit.
Menyesali penyakit yang ada, Dara lagi-lagi galau brutal.
"Menyebalkan!"
"Kenapa, Dar?"
"Eh, Mama." Dara tersentak dengan kehadiran ibunya, terkekeh sambil garuk-garuk kepala.
"Pulang, yuk!"
Tiba-tiba Mama datang dan mengajaknya pulang
"Sudah selesai emangnya?" tanya Dara basa-basi."Sudah, Ibu tadi ngajak berinvestasi bareng Mama. Mama senang banget, bentar lagi Mama bisa beliin kamu mobil kalau usahanya lancar." Mama terlihat sangat bahagia. Dara membalas dengan senyum kecut, Dara tidak minta apapun kecuali cinta Dio.
"Hati-hati ditipu, Ma. Nemulai dari nol itu gak enak lho," kata Dara mengingatkan alih-alih ikut senang.
"Tentu saja, Dar. Mama gini-gini pintar juga. Mama tahu mana yang serius dan mana yang hanya main-main aja. Ibu tadi istrinya Pak Suripto, arsitektur kaya itu."
Sambil menyusuni barang-barangnya, Mama terus bercerita padahal Dara tidak minat dengan kalimat-kalimat Mama.
"Yuk Dar!" Ajak Mama setelah selesai menyusun barang-barangnya ke dalam tas.
"Pulang?"
"Rumah sakit Dar, " ujar Mama menghela nafas panjang.
"Siapa yang sakit?" Dara malah bertanya.
"Kamu lah, siapa lagi?"
"Aku?" Dara menunjuk diri. "Sehat, kok, aku," tuding Dara percaya diri.
"Kamu lupa Dokter bilang apa semalam? Kamu harus check-up kesehatan tulang punggung kamu, sekalian nebus obatnya juga."
Tidak mau menunggu Dara mengoceh, Mama langsung menarik tangan Dara dan dengan terpaksa Dara harus ikut. Padahal Dara tidak merasa sakit sedikitpun, lain cerita kalau kambuh.
***
Lagi dan lagi Dara harus menahan bosan di rumah sakit yang sudah seperti rumah kedua baginya. Duduk termangu di kursi ruang tunggu dengan orang-orang yang tidak terlalu banyak berlalu-lalang dihadapannya.
Di ruangan Dokter Mama menyuruh Dara keluar tadi, itulah mengapa Dara sendiri lagi sekarang. Entah apa yang Mama dan Dokter bicarakan di dalam sana sampai-sampai Dara tidak bisa ikut serta mendengarnya.
Dara memainkan ponsel Mama, tadi sebelum keluar dari ruangan Dara meminjam ponsel itu agar tidak bosan.
Pasalnya Dara itu tidak pernah bawa ponsel ke sekolah, takut razia dadakan padahal banyak siswa-siswi yang membawa ponsel ke sekolah, mental Dara memang ciut untuk hal seperti ini, kecuali ngejar cinta lelaki bernama Dio itu.
Saat sedang asyik-asyiknya, anak kecil kira-kira berumur lima tahunan datang bergabung bersama Dara. Menikmati permainan noob Dara di Mobile legend punya Mama. Mama itu selain sibuk bekerja, Mama juga sibuk top-up untuk game. Rank-nya saja sudah matic.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Novela JuvenilDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...