Bahkan jika suatu saat nanti masanya sudah habis. Senang bisa mencintaimu sampai sedalam ini.
Dara mendadak panas dingin, untuk pertama kalinya nyali gadis itu kecut di hadapan sang pujaan hati. Kabar buruknya lagi, Rio meninggalkan Dara dan Dio tanpa sedikit penjelasan atau setidaknya membawa Dara ikut bersamanya. Mengenaskan.
"Makasih browniesnya."
Akan tetapi, Dara tak mengira Dio malah mengucapkan kalimat terima kasih alih-alih meneriaki namanya. Dara sudah terlalu banyak menggalih kehidupan pribadi Dio dan sudah sewajarnya Dio mengamuk. Beruntung, Dio tak memakan Dara hidup-hidup.
"Kakak suka? Sudah di makan, ya? Gimana, enak tidak, Kak?" tanya Dara basa-basi, kini berani mengangat kepala. "Dara gak tau kalau Kakak lebih suka matcha, jarang orang suka matcha. Tapi, Dara juga suka!"
Dara kembali menampilkan raut wajah ceria, meski harus menengadah agar bisa terhubung dengan manik kecoklatan milik Dio, berbicara dengan lelaki itu selalu bisa membuat Dara lupa diri. Padahal, ia sudah berjanji untuk lebih jaga jarak dengan Dio, tapi sekarang?
Tidak tidak konsisten. Jarang terjadi.
"Lo gak perlu ngasih gue makanan kayak gitu lagi," kata Dio akhirnya membuka suara setelah diam-diam mengamati Dara. Lelaki itu mengira Dara sudah berubah setelah hampir seminggu tidak menganggunya. Namun setelah melihat tingkah Dara sekarang, Dio jadi ragu. Gadis ini memang tak berpendirian.
"Kakak gak suka, ya, sama browniesnya?" tanya Dara sedih, menundukkan kepala. Lagi.
"Bukan gitu, Lo gak perlu repot-repot. Gue jadi merasa utang budi," jawab Dio.
"Dara gak minta balasan, kok." Dara menggeleng cepat kepalanya. "Dara senang kalau Kak Dio mau menerima---"
"Soal Kakak gue tadi, gue mohon jangan di sebarluaskan."
"Huh?"
"Gue punya Kakak dan gue mau privasi gue aman. Berhubung Lo tau dari Rio dan mungkin tadi lihat, tolong rahasiakan semua ini."
Dio langsung pada intinya, selama berucap wajahnya datar seperti lantai tempat Dara berpijak. Sedangkan Dara, gadis itu termangu beberapa saat sebelum mengangguk mengiyakan.
Dio benar-benar menjaga dengan baik identitas keluarganya. Tak peduli dengan tujuan, ia mungkin tidak suka kehidupan yang terlalu dipublikasikan.
"Lagi, tolong jangan terlalu penasaran sama kehidupan gue, Dar. Gue terganggu," ucap Dio menambahkan. Hal tersebut berhasil membuat Dara tersentak, kali ini ia bahkan tak mampu menganggukkan kepala. Itu sulit baginya.
"Maaf, Kak." Dara sudah tidak tahan lagi, ternyata ia sudah kelewatan batas sampai-sampai Dio menegur. Selama ini, Dio nyaris diam saja menghadapi tingkah Dara. Sebenarnya Dio juga sudah mengingatkan Dara berkali-kali, tapi entah kenapa teguran hari ini terasa berbeda.
Dara berusaha kuat, ia tidak ingin menangis karena Dio hanya menegur, bukan membentak. Menarik napas sesaat, Dara mengangkat kepala.
"Kalau begitu Dara duluan, ya, Kak." Dara tersenyum manis, ceria seperti biasa. Adapun Dio, lelaki itu tak langsung menyetujui perkataan Dara. Dio menatap lekat wajah gadis dihadapannya, seketika Dio merasa utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Teen FictionDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...