Kau menatapku sebagai teman biasa sementara hatiku memandangmu penuh harapan
Ternyata Tuhan masih beri waktu. Enggan membawanya pulang, membiarkan ia bernapas lebih lama dari yang diduganya. Masih ada bonus, itu berarti masih ada beberapa hal yang harus ia selesaikan. Mungkin begitu.
"Lemah!"
Penuturan yang terdengar seperti sebuah ejekan menyapa telinga, lelaki dengan balutan baju kaos bermerk LV hanya melirik dengan ekor matanya dibalik kacamata.
"Karena cewek sampai di infus, apa-apaan gitu? Malu-maluin!" Ia masih mengejek, sambil membawakan segelas air hangat di atas nampan. Ada beberapa cemilan sehat juga.
Olivia berkacak pinggang. "Harusnya kemarin gue jadi temui itu cewek." Olivia sedikit menyesal karena akhirnya ia pulang tanpa bertemu langsung dengan Azkia. Satu hal yang ia tau adiknya drop dan harus dirawat di rumah sakit. Mengenai Dio yang menjalani HD seminggu yang lalu, sama sekali tidak sampai ditelinganya.
Begitu hebat keluarga ini menyembunyikan kebenaran dari Olivia mengingat dua minggu lagi gadis itu harus kembali ke rutinitas biasa. Kembali ke negara dimana ia menempuh pendidikan S2.
"Dengar gue, gak?"
Dio melirik, menurunkan bukunya, balik menatap sang Kakak. "Iya, dengar." Sedikit banyaknya Dio bersyukur Tuhan menciptakan wajah yang super tampan sehingga dengan sedikit polesan, ia nampak sehat sentosa. Walau semakin hari kulitnya mulai menghitam akibat uremia yang mengganggu produksi melanin menjadi meningkat, Olivia tidak sadar bahwa hal tersebut adalah kelainan.
"Minum dulu, baru istirahat. Nanti, deh, baca bukunya. Ambisius banget," kata gadis itu.
Seperti biasa Dio menurut, meletakkan buku di atas nakas lalu melepas kacamatanya. Dio sudah jauh lebih baik, nyeri dipunggung tak lagi kentara, hanya tinggal wajah yang sedikit pucat tapi tak jadi masalah. Dio hanya tidak ingin ketinggalan pelajaran, itu makanya ia rajin membaca buku selama proses pemulihan.
"Secantik apa, sih, Azkia itu sampai-sampai Lo kayak gini?"
"Kak---"
"Gak usah manggil Kakak. Biasa juga manggil nama!"
Semenjak Dio sakit, Olivia malah semakin cerewet. Hampir setiap hari gadis itu menyalahkan Azkia atas sakit yang menimpa adiknya. Dio jadi kasian pada Azkia yang tidak tau apa-apa malah dijadikan tersangka oleh kakaknya. Tapi di sisi lain, Dio beruntung sebab Olivia tidak curiga sedikitpun.
Sehari setelah Hemodialisa, Dio sudah bisa pulang. Mendapatkan perawatan intensif di rumah, beruntung tubuhnya juga tidak begitu bertingkah sehingga beberapa kebohongan dari Mama dan Dokter yang merawat Dio bisa diterima oleh akal sehat Olivia.
"Pokoknya Lo harus lupain cewek itu! Gue gak bakal bisa tidur nyenyak apalagi harus balik ke luar negeri dengan kondisi Lo kayak gini."
"Iya," jawab Dio datar. Biar cepat saja, pikirnya.
"Iya apa?"
"Iya, gue lupain." Dio mendengus.
"Atau Lo sama si Dara--Dara itu aja?"
Dio lantas menganga, keningnya berkerut atas perkataan Olivia sedangkan Olivia setelah berucap asal, Mama tiba-tiba memanggilnya dari luar. Mau tak mau gadis itu pun berlalu dari hadapan Dio.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
أدب المراهقينDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...