Eps 55_ Azkia dan Cinta Kak Dio

12 5 8
                                    

Singkat saja, jadwal piketku memang hari Selasa tapi cintaku padamu sepanjang masa




Kirana memijat dahinya frustasi, beberapa kali juga menghembuskan napas untuk menahan emosi. Di sampingnya, Olivia juga melakukan hal yang sama. Berulang kali melirik jam dinding besar dan pastinya sangat mahal lalu beralih pada lelaki yang sedari tadi tak memberi tanggapan.

"Kan, Mama udah bilang---"

"Iya, Ma. Dio juga udah pulang sekarang."

Di depannya, kini berdiri seorang lelaki tampan yang masih mengenakan seragam putih abu-abu, terlihat tak lagi rapi. Tampang tak merasa bersalah dengan tangan memegang kunci motor.

"Minimal kalau mau telat pulang izin, dong!" Olivia memporak-porandakan. "Mama khawatir banget sama Lo, malah gak ada kabar."

Dio, lelaki itu tadi masih sempat pulang ke rumah sore itu tapi tak berselang beberapa lama ia pergi lagi. Tak memberi kesempatan pada Olivia sekedar bertanya kemana lelaki itu akan pergi. Main tancap gas saja.

Adapun Dio, sampai kini ia sudah hampir menyelesaikan studi tingkat atas, orangtuanya masih tak memberi kebebasan penuh pada lelaki itu. Dio dituntut menjadi pribadi yang lebih taat, sekalipun tak dibiarkan mencoba dunia luar yang sangat mengerikan. Selama ini, Dio pun tidak merasa keberatan dengan cara hidupnya.

"Lo darimana? Coba lihat jam sekarang," titah Olivia dan Dio tak mengindahkan. Melepas hoodie hitam yang sempat ia kenakan, Dio berkunjung ke rumah Dara bermodalkan motor sport yang sudah lama tak ia kendarai. Salah satu hal yang membuat Kirana kesal padanya.

Namun Kirana tak cukup bebas mengutarakan kekesalan itu sebab ada Olivia di sini. Pun, Olivia malah ikut-ikutan menyidang Dio tanpa tau alasan jelas dari kemarahan Kirana. Kirana bukan mengekang Dio, hanya sangat khawatir bila putranya itu menghilang tanpa kabar.

"Dio ganti baju---"

"Minta maaf minimal. Gue bilang Papa tau rasa," kata Olivia, sekonyong-konyong memotong ucapan Dio.

Si bungsu memutar bola matanya malas, menatap Kirana yang sama sekali tak berbicara. Bahkan sebelum Dio bisa bersuara, wanita itu pergi meninggalkan mereka.

"Hayo, Mama marah. Sana minta maaf!" seru Olivia

"Makanya jangan ikut campur tadi," celetuk Dio sedikit kesal pada sang Kakak.

"Lah? Kok gue? Siapa suruh pulang malem dan gak bilang-bilang. Malah masih pakai seragam sekolah!"

Dio mendecak, memandang sengit Olivia lalu mengejar langkah Kirana yang sudah sepenuhnya masuk ke dalam kamar. Dio mengetuk pintu kamar itu, hanya tiga kali sampai ia memilih masuk begitu saja.

Pemandangan yang Dio dapatkan ialah Kirana yang sedang membersihkan wajahnya dengan tissue. Wanita itu menangis. Dio menutup pintu, tak lupa menguncinya alih-alih Olivia kembali bergabung dengan mereka.

"Mama," panggil Dio lembut. "Maaf membuat Mama khawatir," sambung Dio namun tak ditanggapi oleh Kirana.

Wanita itu masih sangat sedih, ia takut terjadi sesuatu pada Dio mengetahui kondisi anaknya yang jauh dari kata sehat. Bukan hanya itu, mendengar cerita Olivia bahwa Dio sempat pulang ke rumah lalu pergi lagi menggunakan motor sport, jantung Kirana rasanya berhenti berdetak saat itu juga.

SURAT CINTA UNTUK DARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang