Aku menemukan betapa indahnya dirimu diciptakan oleh pemilik semesta, setiap lekuk dan garis wajahmu diciptakan dengan amat sempurna. Setiap hari aku ingin melukis potretmu, namun aku tidak bisa sebab bukan seorang seniman. Apalagi, dirimu terlalu indah melebihi lukisan itu sendiri.
_Dara Wilova Putri Cantika_Dunia Dara seolah-olah hancur lebur. Dara tidak terisak, tapi jiwanya tersiksa. Duduk dalam kegamangan, menatap mata yang perlahan-lahan mulai terbuka.
"Kak Dio," panggil Dara, dengan kasar menghapus air matanya. Untuk menjaga ketenangan pasien, hanya diperbolehkan satu atau dua orang saja yang masuk ke dalam ruangan. Jems dan Kirana mengizinkan Dara yang lebih dulu masuk, barangkali ada hal yang ingin Dara sampaikan pada Dio yang kelihatannya enggan membuka mata.
Sementara mereka semua menunggu di luar, berdoa bahwa setidaknya Tuhan masih mengatakan 'belum' meski anaknya sudah lama mengatakan ingin menyerah saja. Dara pun sama, ia memanjatkan doa agar Dio kembali pulih seperti sediakala. Namun di sisi lain, ia nyaris meruntuki dirinya sendiri sebab terkadang lebih kejam menahan seseorang untuk mati daripada kematian itu sendiri.
Sepuluh menit gadis itu habiskan dengan memandangi wajah teduh itu. Seperti kaki yang awalnya berat melangkah ke dalam ruangan ini, begitulah juga maniknya yang sedari tak berkedip.
"Kak Dio? Dengar suara Dara, Kak? Ini Dara. Sebentar, Dara panggi---"
"Dara....," suaranya terdengar lirih. Perlahan-lahan meski terasa berat, sepasang kelopak matanya terbuka. Tangan Dara yang menggenggamnya ditahan, seolah tak mengizinkan gadis itu pergi. Dara kembali duduk, perasaannya menghangat perlahan-lahan.
"Jangan pergi," katanya. Sempat terpenggal sebab untuk waktu yang lama, Dio merasakan sakit yang amat menyakitkan. "Tetap di sini...," ia memohon.
Dio tidak berbohong saat ia mengatakan agar Dara tidak pergi, teduhnya tatapan laki-laki itu membuat Dara bersusah payah menahan air matanya agar tak keluar lagi. Dio banyak menderita dan sampai hari ini, masih tetap sama.
Dara tidak mau Dio sedih, ia tidak mau Dio bergabung dengan kesedihannya seperti yang beberapa waktu lalu lelaki itu katakan.
"Dar... Lo harus bahagia, ya."
Lantas apa yang bisa Dara jawab atas ucapan yang penuh rintihan itu? Dio harusnya tau bahwa setengah dari kebahagiaan Dara adalah dirinya, bagaimana mungkin Dara bisa melakukan hal itu ketika sumber kebahagiaannya mengalami nyeri disekujur tubuh yang minta ampun sakitnya.
"Kak Dio punya dua janji sama Dara!" seru Dara seperti biasa, walau tak senada dengan pelupuk matanya. "Janji akan membawa Dara ke suatu tempat yang indah. Kalau gitu ayo, bangun!"
Dio memaksa senyum, sesaat ia merasa tenggelam dalam lautan air. "Nanti, ya."
"Nantinya kapan...?" Pada akhirnya, Dara menangis lagi.
"Jangan nangis, Dara....," ucap Dio berusaha menyentuh wajah Dara. Namun, ia tidak mampu.
"Maaf--" Sempat terpenggal, Dio kesusahan mengambil napas saat Dara sudah senggugukan.
"Kak Dio juga punya satu janji lagi sama Dara. Kak Dio bilang Dara bisa minta sesuatu sama Kak Dio dan Kak Dio akan mengabulkannya," celetuk Dara terdengar memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT CINTA UNTUK DARA
Teen FictionDara, siswi kelas XI IPS 2 terang-terangan mencintai kakak kelasnya yang cukup populer. Segala cara Dara lakukan untuk mendapatkan perhatian lelaki misterius yang telah memiliki kekasih itu, hingga suatu hari Dara menemukan fakta mencekik mengenai D...