BAB 58 - Overthinking.

10.2K 1.2K 378
                                    

HAI PEMBACA AYYARA, JANGAN LUPA KLIK BINTANG UNTUK MENGHARGAI AUTHOR 😌

VOTE NYA SEKARANG LAMBAT, TAPI GAPAPA,

AKU TAU MENUNGGU ITU NGGAK ENAK, MAKANYA AKU UP,

KUYLAH BACA PART INI, USAHAKAN VOTE DAN KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF MENGENAI CERITA INI YAY♥️🥰

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
H A P P Y R E A D I N G.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

H A P P Y R E A D I N G

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Hari-hari terus berlalu, tak terasa usia kehamilan Ayyara sudah memasuki bulan kedelapan. Acara tujuh bulanan lalu diadakan di kediaman Karin, orang tua Ayyara. Semua orang merasa bahagia dan tidak sabar menunggu kelahiran buah hati Ayyara dan Vernon. Janin yang dulunya sempat tidak diinginkan oleh semua orang, bahkan dirinya sendiri, sekarang banyak doa yang selalu terpanjatkan untuk dirinya dan si jabang bayi.

Pagi ini Ayyara disibukkan dengan menata beberapa pakaian bayi yang sudah dibeli Minggu lalu ke dalam tas. Tak lupa ia juga memasukkan semua perlengkapan bayi seperti minyak telon, bedak bayi, sabun bayi, dan lainnya. Besok rencananya mereka akan membawa barang-barang itu ke rumah baru mereka untuk disimpan disana. Jadi, setelah lahiran nanti tidak perlu repot-repot tinggal terima selesai aja.

Ayyara membuang napas panjang, wanita itu menyudahi kegiatan berkemasnya. Semenjak usia kandungannya memasuki tujuh bulan lalu, Ayyara jadi sudah tidur dan terkadang merasakan nyeri di kakinya. Ia sebenarnya takut jika memikirkan perihal persalinannya nanti. Yang ia takutkan nanti adalah jika terjadi sesuatu yang buruk menimpa dirinya dan bayinya.

Setiap hari Vernon selalu menyemangati Ayyara dan menenangkan perempuan itu agar tidak perlu cemas. Vernon bahkan rela bekerja dari rumah demi memantau keadaan istrinya. Hampir 24/7 Vernon selalu mendampingi Ayyara, jadi suami siaga katanya.

Ayyara bangkit dari duduknya dengan sedikit kesusahan, perempuan itu berniat pergi ke dapur untuk mengambil minum. Saat di dapur ia mendapati Bunda Rine yang sedang memasak opor ayam. Usai minum, Ayyara menawarkan diri untuk membantu Bunda, "mau Ayyara bantu Bunda?."

Bunda Rine tersenyum mendapati menantunya yang berdiri di depannya. "Nggak perlu, Ra. Ini udah mau selesai kok."

Ayyara mengangguk, wanita itu mendudukkan diri di meja makan sambil mengamati kegiatan Bunda mertuanya.

"Ra, kamu bisa buat kue?" Tanya Bunda.

Ayyara mengerjapkan matanya, "bisa, Bun, dikit-dikit. Dulu aku selalu diajarin Mama kalau Mama lagi bikin kue."

Ayyara [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang