Kalian pasti tau kan bagaimana cara menghargai karya orang lain??
Kalau tau,yuk klik dulu bintangnya.
Udah?
Makasih.
Rencananya aku mau up habis PAS,tapi tangannya keburu gatel:)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kamu tak bisa mengubah isi hati seseorang kecuali orang itu sendiri.".
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Pagi-pagi sekali Ayyara sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rencananya hari ini ia akan berangkat sekolah lebih pagi. Karena harus menjalankan kewajibannya, yaitu piket kelas.
Hari ini suasana hatinya sudah sangat membaik. Entahlah, ia sendiri tak tau. Ia seolah melupakan kejadian semalam yang menimpanya.
Ia mencoba untuk menguatkan hati agar tak peduli. Toh, ia juga sudah biasa terhadap bentakan, cacian, bahkan hinaan.
Kakinya menuruni tangga rumahnya. Sampai di meja makan disambut oleh sang mama tercinta. Senyumnya merekah. Setidaknya ia masih memilih Karin, yang selalu menyayangi dan melindunginya.
Namun senyumannya tak berlangsung lama saat netranya menatap sosok yang duduk tenang di meja makan dengan tatapan menghunusnya. Leon sekarang memang jarang sekali berinteraksi dengan Ayyara, namun sekalinya berinteraksi hanya bentakan-bentakan saja yang muncul.
"Sayang, mau sarapan dulu nggak?" tanya Karin.
"Nggak ma, Ayyara langsung ke sekolah aja."
Karin hanya tersenyum tipis. Ia tau anaknya itu sedang menghindari Leon, ayahnya. Hari juga masih pagi, tidak mungkin jika Ayyara terburu-buru.
****
Ayyara memasuki kelasnya yang masih terlihat sepi. Tentu saja masih sepi, baru jam segini juga. Ayyara mengambil sapu di pojok kelas dan bersiap untuk melaksanakan tugas piketnya. Naira saja belum berangkat. Setelah selesai menyapu kelas,ia sangat bosan. Untuk mengusir rasa bosannya, Ayyara mengambil sebuah novel di dalam laci mejanya.
Ayyara sangat suka membaca. Tapi ia hanya suka membaca novel, untuk buku pelajaran mungkin jarang ia baca. Namun jangan salah, Ayyara tergolong siswi yang lumayan pintar.
Saat sedang hanyut dalam ceritanya, tiba-tiba ada suara orang yang mengejutkan dirinya.
"Tumben lo jam segini udah berangkat" ujar Naira sambil meletakkan tasnya di kursi samping Ayyara.
"Males di rumah."
"Kenapa?Om Leon marahin lo lagi?.
Ayyara tak menjawab ia memilih diam melanjutkan kegiatan membacanya. Naira hanya menghela nafasnya. Naira memang tau bagaimana sikap Leon terhadap Ayyara. Karena Naira dulu pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri, saat Ayyara sedang dibentak-bentak bahkan dicaci oleh Leon yang notabenya adalah ayah kandung Ayyara.
"Gue minta maaf ya, kemarin gara-gara ban mobil gue bocor lo jadi pulang kemaleman dan dimarahin sama Om Leon" ujar Naira, ia merasa tak enak hati karena sudah memaksa Ayyara kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayyara [ON GOING]
Teen Fiction"Hidupku berubah drastis setelah peristiwa malam itu." -Ayyara Danastri- "Kalau emang lo nggak mau tanggung jawab, gue bisa gugurin anak ini. Lo nggak perlu repot-repot ngorbanin masa depan lo buat jadi seorang ayah" ujar Ayyara s...