Part 226

662 35 8
                                    

Chagiya..... Mianhae.
Aku sungguh ingin bisa menjawab semua pertanyaanmu tapi sekarang aku tidak bisa. Kondisi penyakitku yang membuatku tidak bisa bersuara sama sekali sekarang. Sejujurnya, kenapa aku tiba-tiba menghilang itu karena aku tidak ingin membuatmu dan melihatmu bersedih. Tapi.... semangatmu, harapanmu, dan rasa rinduku kepadamu membuatku akhirnya tidak bisa menolak permintaanmu.
Sekali lagi, maafkan aku.

Setelah mengetik cukup banyak, akhirnya Dae Young menunjukkan layar ponselnya itu kepada Seok Kyung. Dae Young tentu saja sudah menyiapkan hati dengan apapun yang terjadi. Sekalipun pada akhirnya, Seok Kyung memilih pergi darinya, maka Dae Young akan dengan rela hati akan melepaskannya walaupun memang akan terasa sangat berat bahkan begitu berat.

Dae Young juga sempat berpikir bahwa mungkin itu adalah pilihan yang terbaik, membiarkan Seok Kyung pergi supaya kekasihnya itu tidak kembali merasakan kesedihan di dalam hati. Ketika Dae Young sedang sibuk dengan pemikiran-pemikirannya sendiri, Seok Kyung justru terlihat terkejut, bahkan sangat terkejut.

"A-pa??? O-oppa, kamu....."

Seok Kyung mendadak jadi tergagap, ini adalah sesuatu yang benar-benar tidak dia duga sebelumnya. Dae Young kembali mengetik sesuatu di ponselnya lalu menunjukkan kepada Seok Kyung.

Mianhae, chagiya.
Tapi, seperti inilah kondisiku sekarang. Di waktu aku mengetahuinya, aku pun sangat terkejut bahkan butuh waktu lebih lama agar aku bisa menerimanya.
Jadi, kumohon Seok Kyung a.... tolong pergilah dan biarkan aku sendiri. Aku tidak ingin membuatmu semakin sedih.

Pada akhirnya, Dae Young memilih meminta Seok Kyung untuk meninggalkannya dan keputusan itu langsung membuat Seok Kyung merasa kesal sekarang. Raut muka Seok Kyung langsung berubah begitu membaca tulisan yang Dae Young ketik barusan.

"Tidak! Aku tidak mau, oppa!!!" Seru Seok Kyung di depan Dae Young.

Mendengar seruan protes dari Seok Kyung membuat Dae Young kembali mengetik dengan cepat di layar ponselnya itu.

Chagiya.....
Menurutku ini adalah pilihan yang terbaik untuk kita.
Kumohon, mengertilah.

Dan lagi-lagi ketika Seok Kyung membaca tulisan itu, dirinya langsung menatap tajam ke aah Dae Young dengan masih berusaha menahan tangisannya.

"Sekali aku berkata tidak, tetaplah tidak, Dae Young oppa. Sudah kukatakan berkali-kali kepadamu kalau aku akan selalu ada di sisimu, seperti dulu kamu yang juga selalu ada di sisiku. Kumohon oppa, mengertilah juga. Ketika kita memutuskan untuk berpisah, itu akan membuat kita jadi semakin sedih."

Dae Young masih terdiam saat ini dan Seok Kyung langsung mengusap air matanya lalu kembali melanjutkan perkataannya.

"Kata siapa aku bersedih? Aku tidak bersedih, oppa.... Ya, tadi aku sempat bersedih, tapi sekarang tidak lagi. Aku justru merasa sangat bersyukur ketika saat ini akhirnya aku bisa bertemu denganmu."

Mendengar perkataan Seok Kyung membuat Dae Young akhirnya menatap kekasihnya itu dengan tatapan yang begitu dalam. Dae Young tahu kalau Seok Kyung sedang berusaha kuat untuk dirinya.

"Jadi, marilah kita hadapi ini semua bersama-sama, oke? Ketika pikiran kita berkata bahwa segalanya ini tidak mungkin, tapi masih ada yang namanya keajaiban, bukan? Kamu sendiri yang pernah mengatakan hal ini untuk menyemangatiku dulu. Dan sekarang aku mengatakannya untuk menyemangatimu."

Perkataan penuh semangat yang Seok Kyung berikan saat ini lagi-lagi berhasil membuat hati Dae Young menjadi hangat. Dae Young akhirnya kembali mengetik sesuatu di layar ponselnya itu.

Gomawo, chagiya....
Mianhae karena aku seperti hilang harapan tadi.
Terima kasih karena sudah selalu ada untukku dan berusaha menyemangatiku.
Aku sangat bersyukur boleh menjadi kekasihmu.

The Penthouse : Love in Life #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang