Part 294

625 38 10
                                    

Ji Ah tersenyum menatap Seok Kyung, salah satu tangannya langsung mengusap air mata putrinya itu.

"Kalau begitu, ayo kita baca surat ini bersama-sama.... Eomma akan menemanimu...."

Sebuah perkataan dan tindakan dari Ji Ah mampu memberikan kekuatan untuk Seok Kyung yang membuat dirinya langsung menganggukkan kepala dan perlahan-lahan mulai membuka amplop yang dari tadi di pegangnya.

Ji Ah mengubah posisi duduknya dengan duduk tepat di samping Seok Kyung dan keduanya kini bersandar di salah satu dinding yang ada di kamar itu.

"Gwaenchana, Seok Kyung a...." Kata Ji Ah sambil merangkul Seok Kyung ketika putrinya itu sudah mengeluarkan sebuah surat dari amplop dan seraya memberikan kekuatan lagi agar Seok Kyung bisa membuka surat itu.

Surat itu telah berhasil di buka oleh Seok Kyung dan menampakkan tulisan Dae Young yang sangat rapi. Bersama Ji Ah yang terus berada di sampingnya, kini Seok Kyung mulai membaca kalimat demi kalimat.

Hai, chagiya.

Sejujurnya aku tidak merencanakan ingin menulis surat, tapi entahlah, keinginan itu mendadak muncul di dalam hati. Di saat aku sedang menulis surat ini, hujan cukup deras sedang mengguyur kota Seoul, memberikan hawa sejuk menyegarkan dan pikiranku langsung bernostalgia, memikirkan banyak hal tanpa henti.

Aku masih mengingat awal permulaan bagaimana kita bisa bertemu. Di awali dengan keisenganku menjual tteokpokki di depan SMA Cheong Ah, membuatku mengakhiri dengan rasa syukur berkali-kali. Di sanalah akhirnya aku bertemu dengan seorang wanita yang cantik dan penuh semangat dengan sebuah name tag yang sempat aku baca, bertuliskan Uhm Seok Kyung.

Apakah kamu mengenalnya?

Ya, itulah dirimu. Di saat itu, aku seperti merasa waktu mendadak berhenti, semua orang yang lalu lalang menjadi tidak jelas karena diriku sedang terpesona olehmu. Dan bagai tidak ingin mengakhiri, dengan penuh semangat, diriku terus berjualan tteokpokki di depan sekolahmu, bukan untuk mencari uang tapi hanya supaya bisa melihatmu.

Ah, ini adalah alasan sebenarnya yang waktu itu tidak aku katakan kepadamu karena di saat itu aku masih bingung bagaimana cara mengungkapkan perasaanku kepadamu.

Wajah cantikmu, suaramu yang begitu berisik dan penuh semangat, ekspresi di wajahmu yang tak kenal sedih, selalu membuatku tidak sabar ingin kembali bertemu denganmu. Dan setiap melihatmu yang menyempatkan diri berkunjung ke kedai tteokpokki, membuat diriku semakin mengenalmu.

Jika suatu saat aku diberikan sebuah pertanyaan, seperti apakah dirimu, maka dengan senang dan berbangga hati, aku akan memberikan jawaban. Uhm Seok Kyung, kamu adalah kekasih yang selalu aku cintai, putri terbaik, kakak yang begitu perhatian, dan saudara kembar yang sangat menyenangkan.

Kira-kira seperti itulah jawabanku ketika melihatmu. Aku ingat momen di mana dirimu tidak pernah absen membelikan Joon seporsi tteokpokki, aku memperhatikan interaksimu dengan Seok Hoon yang begitu terlihat menyenangkan, dan aku bisa merasakan bagaimana rasa cintamu yang begitu besar kepada ayah dan ibumu.

Terima kasih, chagiya. Mencintai dan dicintai olehmu adalah sebuah momen terindah dan terbaik di dalam hidupku dan aku sangat bersyukur. Aku selalu menyimpannya dengan baik di dalam hati dan pikiranku. Momen bersamamu bagaikan sebuah film yang selalu terekam jelas di dalam otakku.

Namun aku tahu di sisi lain dari sebuah kehidupan yang sudah dimulai, kita tidak akan tahu kapan kehidupan itu akan berakhir. Banyak hal yang tidak aku duga sebelumnya itu aku alami, tapi lebih banyak syukur yang bisa aku ucapkan setiap hari. Bisa bertahan hingga di hari aku menulis surat ini, membuatku menjadi menyadari bahwa segalanya itu mungkin dan rasa syukur menjadi lebih penting.

The Penthouse : Love in Life #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang