Part 247

835 37 12
                                    

Keesokan harinya.

Sang matahari perlahan mulai menampakkan sinarnya, mengenai berbagai kastil, menara, dan gedung-gedung di kota Praha yang menciptakan sebuah keindahan di tambah dengan semburat warna warni menghiasi langit.

Terdengar suara gemericik air dingin yang mengalir dan membasahi kulit tubuh Ki Joon. Ki Joon memejamkan kedua matanya dan membiarkan tubuhnya yang mengigil karena dipertemukan dengan dinginnya air serta suasana hari yang masih sangat pagi. Saat ini dirinya perlu membuat ketegangan adik kecilnya itu tertidur kembali sambil pikirannya terus berkelana memikirkan segala apapun yang telah terjadi di luar kendali. Sesaat Ki Joon ikut memikirkan Ji Ah yang masih tidur terlelap di ranjang.

Sekalipun pada akhirnya Ji Ah yang dalam pengaruh obat itu melakukannya dengan Ki Joon, namun saat ini Ki Joon tetap merasa kesal. Tangannya kini telah mengepal dan sempat memukul ke dinding shower box itu.

"Sialan."

Ki Joon mengumpat dengan nada suaranya yang berat. Dirinya merasa kesal pada keadaan yang tiba-tiba terjadi di luar dugaannya dan marah kepada pria sialan yang bisa-bisanya melakukan itu kepada Ji Ah.

"Haish, sial."

Ki Joon tidak bisa membayangkan jika semalam dirinya tidak berada di area toilet dan tidak bisa menolong Ji Ah. Dirinya juga tidak bisa membayangkan jika tanpa sadar Ji Ah justru melakukannya dengan pria lain tanpa dia sadari, pasti Ki Joon akan sangat merasa bersalah dan berkubang dengan rasa penyesalan karena tidak bisa menjaga dan melindungi Ji Ah dengan baik.

Ki Joon akhirnya kembali mengusapkan sabun beraroma mint itu ke seluruh tubuhnya untuk menghilangkan rasa gerah yang sempat menempel di tubuhnya. Dan beberapa saat kemudian, Ki Joon sudah selesai dengan mengenakan setelan kaos dan celana panjang.

Sementara itu.

Suara gemericik air dari arah kamar mandi akhirnya berhasil mengusik tidur Ji Ah. Sesaat Ji Ah sadar atau tidak, sedang mengerutkan dahinya sendiri ketika merasakan sakit yang menyerang kepalanya.

"Argh!"

Ji Ah berseru sendiri sambil memijat dahinya, berusaha untuk terbangun dan duduk di ranjangnya. Sesaat kedua matanya perlahan terbuka, berusaha menyesuaikan dengan berkas sinar yang masuk lewah celah tirai yang masih agak tertutup. Dan saat ini, Ji Ah langsung mengedarkan pandangannya menilai ke sekeliling. Kedua matanya yang indah itu memandang penuh selidik ke setiap sudut ruangan yang entah mengapa terasa asing.

"Di mana kah, aku?"

Ji Ah bertanya-tanya di dalam hatinya sendiri. Dirinya sedang mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Tetapi, semakin jauh Ji Ah berusaha mengingat maka rasa sakit yang dia rasakan di kepalanya pun semakin berlipat ganda.

"Argh! Aduh, kepalaku terasa pusing." Gumam Ji Ah pada dirinya sendiri.

Kini hawa dingin dari pendingin ruangan yang ada di kamar itu serasa semakin menusuk kulit Ji Ah. Dan hal itu yang akhirnya membuat Ji Ah tersadar hingga terkejut karena dirinya sedang tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Selimut pun terlihat melorot hingga hanya menutupi bagian pinggangnya ke bawah. Dan secara spontan kini Ji Ah langsung menarik selimut itu untuk menutupi bagian dadanya yang terekspos.

"Astaga, apa yang sudah aku lakukan semalam?"

Ji Ah terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Yang terakhir dia ingat adalah dirinya bersama Ki Joon datang ke sebuah night club milik Tuan On, lalu mereka sempat berpisah dan Ji Ah justru bertemu dengan pria menyebalkan yang ternyata dengan sengaja memberikan minuman yang mencurigakan.

"Haish, sial!"

Entah kenapa kini Ji Ah memandangi keadaannya dengan pandangan yang risih. Ya, karena setelah ingatannya tadi, Ji Ah benar-benar tidak bisa mengingat apapun dan kini dirinya justru merasa terdampar di kamar yang cukup asing.

The Penthouse : Love in Life #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang