Part 217

718 42 23
                                    

Ki Joon berteriak di depan Ji Ah dan Ji Ah pun juga ikut melakukan yang sama seperti suaminya.

"Pergi! Kamu pergi saja dengan pria barumu itu!!!"

Seruan dari Ki Joon dengan nada seperti mengusir membuat Ji Ah benar-benar kembali merasa sangat terkejut. Baru kali ini Ji Ah melihat Ki Joon yang seperti ini.

"Kamu itu kenapa sih??!! Priaku itu hanya kamu!"

Dan saat ini kedua mata Ki Joon dan Ji Ah yang sama-sama tajam itu kembali bertemu dalam beberapa detik.

"Baiklah, jika kamu tidak mau pergi, maka aku saja yang pergi." Kata Ki Joon dengan raut mukanya yang dingin dan nada suaranya yang terdengar sangat serius.

Tanpa basa-basi dan berpikir lebih panjang Ki Joon langsung berjalan menuju ke arah wardrobenya untuk berganti dengan baju yang lebih santai lalu dirinya berjalan menuju keluar.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Ji Ah dengan nada suaranya yang sudah melembut di tambah ekspresi di wajahnya kini terlihat khawatir.

Ji Ah sedang berusaha mencegah agar Ki Joon tidak pergi, namun suaminya tampak tidak mempedulikan pertanyaan Ji Ah.

"Minggir!" Seru Ki Joon sambil sedikit mendorong tubuh Ji Ah ke arah samping agar tidak menghalanginya.

Dan ketika Ji Ah masih terus berusaha mengejar dan mencegah kepergian Ki Joon, terdengar suara tangisan yang membuat keduanya sama-sama berhenti beberapa saat.

Suara tangisan Seok Jeong yang tiba-tiba terbangun membuat Ji Ah mau tidak mau harus memilih dan pada akhirnya dirinya hanya memandang Ki Joon sekilas dan berjalan menuju ke pintu tembusan. Sedangkan Ki Joon dirinya sempat berdiri di dekat pintu kamarnya itu, melihat punggung Ji Ah yang akhirnya menghilang di pandangannya lalu Ki Joon melangkah menuju ke pintu utama di Penthouse dan pergi.

"Mianhae, Jeong a.... tapi appa masih merasa kesal dan marah kepada eomma. Sepertinya appa harus pergi sebentar untuk menenangkan diri." Gumam Ki Joon di dalam hatinya sambil melajukan mobilnya keluar dari Hera Palace.

Waktu sudah menunjukkan jam 11, hampir tengah malam, jalanan di kota Seoul pun tampak sangat sepi. Ki Joon masih terdiam sambil terus menyetir tanpa arah tujuan yang pasti.

Seandainya saja kalau Ji Ah mau langsung mengakui dan menjelaskan dengan baik-baik kepada Ki Joon, sepertinya Ki Joon akan tetap memberikan istrinya itu kesempatan dan kemarahannya tidak akan sampai berlarut-larut seperti ini.

"Ah, perutku terasa lapar...." Keluh Ki Joon yang akhirnya memilih untuk menepikan mobilnya di depan sebuah mini market yang buka 24 jam.

Sepertinya pertengkaran dengan adu mulut yang tiada henti itu berhasil menguras energi Ki Joon cukup banyak hingga dirinya langsung merasa lapar. Dan setelah menghabiskan satu ramen cup dan sebotol air mineral lalu dengan membeli beberapa makanan, cemilan, dan minuman, Ki Joon kembali mengendarai mobilnya.

"Hmm.... aku tidak tahu harus ke mana kali ini." Gumam Ki Joon sambil terus berpikir dan mendadak dirinya mendapatkan ide yang menurutnya itu brilian untuk menenangkan diri.

"Ah, aku tahu apa yang harus aku lakukan.... kalau aku datang ke bar dan club, aku tahu bahwa itu tidak akan menyelesaikan masalah dan justru menambah masalah. Lagipula kalau mau minum-minum, aku juga bisa melakukannya di UMBAR dan tidak perlu keluar seperti itu."

"Hmm, lebih baik aku..... camping saja!" Seru Ki Joon di dalam hatinya sambil tersenyum.

Ki Joon akhirnya melajukan mobilnya menuju ke tepi kota Seoul, tepatnya ke arah Gunung Bugaksan yang biasanya memang dijadikan tempat untuk hiking dan camping. Ya, Ki Joon merasa dengan memanfaatkan waktu untuk menenangkan diri sambil sedikit berolahraga seperti ini tampaknya akan membuat emosinya yang tadinya meluap-luap pun akan mereda.

The Penthouse : Love in Life #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang