Part 283

566 38 20
                                    

"Oh iya, aku hampir saja lupa mengingatkanmu."

"Ada apa?" Tanya Ji Ah yang saat ini sudah melepaskan pelukan Ki Joon dan membalikkan tubuhnya hingga keduanya saat ini berdiri berhadapan.

"Itu sayang, lusa keluarga besarku akan mengadakan makan malam bersama di rumah appa dan eomma."

"Ah, aku juga sudah sempat membaca informasinya kemarin tapi kalau kamu tidak mengingatkanku lagi, pasti aku terlupa."

"Jadi, bagaimana? Apakah kamu ingin datang? Maksudku kalau kamu merasa tidak nyaman apalagi dengan kondisimu yang terkadang masih merasa mual dan muntah walaupun sudah membaik, sepertinya lebih baik aku mengatakan kepada appa dan eomma kalau kita tidak bisa datang."

Mendengar perkataan Ki Joon justru membuat Ji Ah tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, yeobo. Aku justru ingin datang ke acara itu, bukankah itu adalah acara yang sangat penting untukmu?"

"Iya, tapi...."

"Sungguh, tidak apa-apa. Lagipula keluhan mual dan muntahku seminggu ini juga sudah jauh lebih berkurang."

Ki Joon tampak menimbang-nimbang dan dirinya pun berkata, "Baiklah, kita akan datang tapi kalau seandainya kamu sudah merasa lelah atau mual muntah, maka kita akan langsung pulang. Bagaimana?"

"Oke, aku setuju."

Ki Joon memberikan kecupan manis di kening Ji Ah dan memeluk istrinya itu dengan erat.

Singkat cerita, tibalah di hari Sabtu di mana pada saat sore menjelang malam hari ini, baik Ki Joon maupun Ji Ah, keduanya sudah berencana akan menghadiri jamuan makan malam keluarga besar Ki Joon di rumah kedua orang tuanya.

Berbeda dari yang biasanya, saat ini tampak Ji Ah yang sedang duduk di depan meja riasnya sedikit berdandan dengan gaya natural kesukaannya sambil tersenyum memandang dirinya di depan cermin. Sementara itu, Ki Joon yang baru saja keluar dari wardrobenya juga ikut tersenyum hingga melangkah mendekati Ji Ah dan memegang kedua bahu istrinya itu dari arah belakang.

"Cantik, selalu."

Pujian yang diberikan oleh Ki Joon membuat hati Ji Ah menghangat hingga dirinya ikut memegang salah satu tangan suaminya itu yang masih berada di bahunya.

"Gomawo."

Ki Joon yang masih tersenyum memandang sang istri dari cermin pun langsung berkata, "Apakah dirimu sudah siap, hmm?"

Ji Ah pun menganggukkan kepalanya.

"Ne, yeobo. Kita bisa berangkat sekarang."

"Baiklah, tapi...."

Belum selesai Ki Joon berkata-kata, Ji Ah sudah terlebih dulu memotong ucapan suaminya itu.

"Tapi, kenapa?" Tanya Ji Ah sambil beranjak dari kursinya dan menatap ke arah Ki Joon dengan tatapan yang bingung.

Keduanya saat ini sedang berdiri berhadap-hadapan dengan Ki Joon yang memeluk pinggang Ji Ah.

Ki Joon masih tersenyum sambil menyusuri rambut dan mengusap kepala Ji Ah dengan lembut.

"Tapi, kamu sekarang benar-benar tidak merasa pusing, mual, dan muntah kan? Lalu, kamu tidak merasa lemas kan, sayang?"

Berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh Ki Joon, membuat Ji Ah sedikit terkekeh. Ya, merasa senang diperhatikan oleh sang suami, sekaligus merasa geli dengan sikap suaminya yang memang menjadi sedikit lebih protektif kali ini.

"Hei, kenapa kamu hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaanku, hmm?" Tanya Ki Joon sambil menatap ke arah Ji Ah, memberikan tatapan yang begitu teduh kepada istrinya itu.

The Penthouse : Love in Life #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang