Part 292

502 32 5
                                    

"Nah, eomma sudah memasak makanan yang kamu inginkan. Aaaaaa~" Kata Ji Ah sambil mulai menyuapi Seok Kyung.

Sesaat Seok Kyung menatap ke arah Ji Ah, menampakkan sedikit senyumannya lalu membuka lebar mulutnya.

"Aaaaaa~ Gomawo, eomma...." Kata Seok Kyung yang saat ini mulai mengunyah makanannya.

Dengan penuh kesabaran, akhirnya Ji Ah berhasil membuat Seok Kyung menikmati sarapan hingga 6 sampai 7 suapan. Walaupun memang putrinya ini tidak bisa menghabiskan seporsi makanan seperti biasanya dengan alasan sudah kenyang namun hati Ji Ah sudah merasa lega saat ini, karena lebih baik ada yang di makan daripada tidak sama sekali.

Setelah merasa kenyang, rasa kantuk pun menghampiri. Apalagi di tambah Seok Kyung yang begitu lelah karena dirinya dari tadi pagi terus menerus menangis tanpa henti. Hingga setelahnya, Ji Ah memutuskan untuk menemani Seok Kyung di kamarnya sampai putrinya itu tertidur pulas.

Ya, akhirnya Seok Kyung bisa nyenyak di dalam tidurnya hanya dalam beberapa menit saja. Rasa lelah fisik dan hati, membuatnya langsung berkelana di alam mimpi. Sesaat dalam keheningan di kamar, Ji Ah menatap ke arah putrinya yang sedang tertidur dengan menghadap ke arahnya dan memeluknya. Tangan Ji Ah mengusap kepala Seok Kyung dengan lembut dan kedua matanya sibuk mengamat-amati kedua mata Seok Kyung yang terlihat bengkak akibat menangis terlalu lama.

"Eomma tahu.... ini sulit tapi kamu pasti bisa melewatinya. Gwaenchana, putri eomma...."

Ji Ah terdiam namun hatinya saat ini sedang berkata-kata sendiri. Sebagai seorang ibu yang sangat mengasihi anak-anaknya, rasa tidak tega itu pun muncul. Melihat raut muka putrinya yang sedang dilanda kesedihan rasanya membuat Ji Ah ingin bisa menyerap rasa sedih itu. Namun dirinya juga menyadari bahwa rasa sedih itu membuat seseorang termasuk dirinya sendiri bisa menjadi sosok yang lebih kuat.

"Seok Kyung a.... kamu akan menjadi lebih kuat. Kamu bisa mengatasi ini semua...."

Ji Ah kembali bersuara di dalam hati, memberikan harapan dan semangat kepada sang putri. Dirinya tentu berharap Seok Kyung bisa melewati masa-masa ini seperti dirinya yang akhirnya bisa bangkit di kala itu.

Setelah memastikan bahwa Seok Kyung benar-benar bisa nyenyak di dalam tidurnya, perlahan Ji Ah melepaskan pelukan putrinya itu dan dirinya berjalan kembali menuju ke bawah dengan maksud ingin melihat keadaan Seok Jeong bersama Ki Joon, suaminya.

Sebuah pintu Ji Ah buka dan menampakkan dua pria dengan versi besar dan mini itu ternyata sedang lelap di dalam tidur mereka. Ji Ah yang masih berdiri di dekat pintu kamar pun tersenyum hingga kemudian dirinya melangkahkan kakinya dan duduk di tepi ranjang tempat Ki Joon berbaring.

Ji Ah sengaja memberikan usapan pada dahi hingga kepala sang suami, yang akhirnya membuat Ki Joon mulai terusik di dalam tidurnya hingga dirinya perlahan membuka kedua matanya dengan menampakkan wajahnya yang masih mengantuk. Kedua matanya bertemu tatap dengan mata Ji Ah, dahinya berkerut bingung, dan tatapannya pun penuh tanya.

Ji Ah tersenyum menatap suaminya itu sambil berkata, "Tumben sekali di pagi menjelang siang seperti ini kamu tertidur pulas. Merasa lelah setelah menemani Seok Kyung tadi?"

Suara lembut dari Ji Ah terdengar dan memberikan sebuah pertanyaan yang membuat Ki Joon tersenyum.

"Entahlah, tiba-tiba tadi aku merasa mengantuk. Hmm, bagaimana dengan putri kita?"

Suara Ki Joon terdengar begitu serak, sangat khas seperti orang yang baru saja bangun tidur. Ya, kondisi Seok Kyung benar-benar menjadi perhatian bagi Ki Joon dan Ji Ah. Mereka berdua menyadari bahwa putrinya saat ini memang membutuhkan dukungan yang lebih dari biasanya.

The Penthouse : Love in Life #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang