03|Tekad

67.2K 9.5K 143
                                    

Aliza Deschillia Revlandi, putri bungsu dari Tuan Damara Aghaza Revlandi dan Nyonya Ervalina Arabelle Rivlandi. Serta adik dari Nararga Anderson Revlandi dan Dellanda Priscanary Revlandi.

Keluarga mereka merupakan salah satu keluarga konglomerat didaerah itu. Karna status mereka yang tinggi, pastinya keluarga mereka menginginkan anggota yang sempurna agar semakin meninggikan nama keluarga mereka.

Kedua kakak dari Liza sangat disayangi oleh orang tua mereka, apapun yang mereka inginkan pasti akan selalu didapatkan. Khususnya si anak tengah, Dellanda atau sapa saja Dela.

Dela gadis yang memiliki paras cantik, otaknya pun tentunya tidak kalah cantik. Sejak kecil, ia selalu mendapatkan berbagai macam penghargaan yang membuat nama keluarga Revlandi selalu disanjung. Begitupun dengan Abang dari Liza, Nararga atau sapa saja Arga.

Sedangkan Liza yang sejak kecil bersifat pendiam dan cenderung suka menyendiri pun, sangat jarang mendapatkan penghargaan. Karna itu Damar dan Erva cenderung bersifat tidak perduli pada putri bungsu mereka.

Damar dan Erva yang tidak pernah memperdulikan putri mereka, itu membuat mental Liza menjadi kurang baik.

Selalu dibandingkan, dijudge oleh keluarganya sendiri, terasingkan dalam rumahnya, dihina dan sebagainya. Itu yang membuat Liza menjadi tidak percaya diri. Namun lagi dan lagi kedua orang tuanya tidak mengerti akan hal itu.

°°°°°

"Ih wow, Liza ternyata pinter ngelukis sama olahraga yah" Gumam Liza aka Zila ketika memasuki kamar Liza.

Liza sekarang sedang berada dikamarnya, kamar apartement nya tepatnya. Liza tidak tinggal bersama orang tuanya, sebab mereka sendirilah yang tidak menginginkan Liza bersama mereka. Itulah yang dikatakan oleh arwah Liza pada Zila.

Liza mengetahui alamat apartement itu tanpa diberitahukan oleh siapapun, sebab dalam ingatan Liza. Sudah terdapat alamat apartement gadis itu.

Didalam kamar apartement Liza, terdapat banyak sekali lukisan, maupun gambar yang sepertinya dibuat sendiri oleh Liza. Juga terdapat serak bola basket yang diatasnya terdapat beberapa piala juara olahraga bola basket.

Tapi sepertinya itu bukanlah kejuaraan yang diselenggarakan secara besar-besaran, sebab pada piala yang dilihat oleh Liza, semua lomba itu bukanlah lomba besar seingat Liza yang merupakan Zila.

"Prestasi lo bagus Za, tapi bukan dalam pembelajaran sejenis materi kayak Abang sama Mbak lo" Ujar Liza mengomentari.

Liza melihat-lihat lukisan yang dibuat oleh arwah Liza dan menempelkan beberapa lukisan yang menurutnya bagus pada dinding kamar itu. Liza menyukai Seni dan Olahraga.

Kacamata yang sering digunakan oleh Liza sebenarnya bukanlah kacamata rabun, namun itu hanyalah sebuah kacamata hiasan agar orang-orang mengira ia memang cupu dan bodoh.

"Gue masih bingung, kalau lo sepintar ini. Kenapa malah nyembunyiin semuanya dan pura-pura bodoh dan cupu di hadapan semua orang. Huft tau deh pusing pala incess" Celetuk Liza memainkan kuas melukis milik Liza.

Liza yang memang dasarnya seorang dosen tentu tau nilai dari suatu karya seni, apalagi Liza memang menyukai seni juga. Khususnya seni menari, namun ia juga menyukai seni melukis.

"Keluarga yang terlalu mengekang anak-anaknya, Mamah yang selalu banding-bandingin anaknya dan Papah yang selalu diam aja bahkan sering main kasar sama anaknya. Beuh keluarganya Liza keras yakk" Dumel Liza memainkan rambut hitam legamnya.

"Okk Liza, mulai besok. Gue Zila bakal ambil alih tubuh lo, dan mulai ubah kehidupan lo. Yang anggap lo bodoh bakal gue buat jilat ludahnya sendiri, liat aja nanti" Putus Liza.

Liza menyukai sesuatu yang menarik, walau jiwanya sudah berumur 25 tahun, namun semangatnya masih kisaran remaja 18 tahun.

^^^^^

553 kata
10 Oktober 2021

Hai semuaa,, ada yang suka sama karya ini? Jangan lupa komen & vote yahhh

Zila Or Liza?? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang