Liza pagi ini bersiap-siap, untuk berangkat ke kediaman utama keluarga Revlandi. Sesuai dengan ucapannya beberapa hari yang lalu pada Agnes dan Gita.
Dengan style casual nya, ia berjalan memasuki lift menuju basement apartemen, tempat dimana mobilnya terparkir dengan nyaman.
Kurang lebih satu jam tiga puluh menit, Liza berkendara dijalanan yang tidak terlalu padat pagi itu. Mungkin efek dari hari yang memang sedang libur dan suasana masih cukup pagi. Sehingga orang-orang masih malas untuk keluar rumah.
Mobil Liza terhenti di hadapan sebuah pagar besi yang menjulang tinggi, dengan cat putih berujung tajam pada bagian atasnya. Liza membunyikan klakson mobilnya, ia sengaja membunyikannya berkali-kali, berniat agar orang didalam sana terganggu. Walau ia yakin, bahwa banyak dari mereka yang tidak mendengarnya. Mengingat betapa besar dan luasnya mansion itu.
Pintu gerbang rumah itu terbuka sedikit, seorang pria dengan berbalut jas hitam dengan kemeja putih, ditambah dasi hitam yang menggantung pada lehernya, menghampiri mobil Liza.
Liza nampak mengeluarkan sesuatu yang diperlihatkan pada pria itu, hingga akhirnya gerbang itupun dibuka selebar mungkin untuk membiarkan mobil Liza berkendara kedalam sana.
Liza menuruni mobilnya, ia menatap pintu utama dari mansion itu, sungguh tinggi dan lebar. Bahkan mungkin berkali-kali lipat dari ukuran badannya sendiri.
Liza memasuki mansion itu tanpa mengetuk pintu, hanya dengan ia memasukkan tombol pin pada benda yang tertempel didekat pintu itu.
Pintu itu perlahan terbuka dengan sendirinya, seakan mempersilahkan Liza memasukinya. Liza yang telah berhasil membuka pintu itupun segera masuk ke dalam sana.
Didalam sana, ternyata ada beberapa anggota keluarga yang tengah berkumpul. Mulai dari kedua paman dan bibi nya, serta ke empat sepupunya. Dan tidak lupa, orang tua serta kedua Kakaknya.
"Halo, saya ganggu yah?" Sapa Liza pada mereka.
Ada yang menatap sengit pada Liza, ada pula yang hanya menatap datar dan kosong. Sedangkan Liza sendiri menatap mereka dengan tatapan biasa saja.
"Kamu! Kenapa bisa masuk ke kediaman kamu! Kamu itu sudah dibuang dari keluarga Revlandi!" Bentak seorang wanita yang tidak lain adalah Bibi ketiga dari Liza.
Chairana Azizah Niaga, ia adalah adik bungsu dari Damar, Papah Liza. Liza menatap Chaca dengan senyum miring.
"Oh yah? Tapi, saya ini pewaris sah dari Nenek loh. Masa kalian mau ngeluarin saya dari daftar keluarga kita? Nanti malah kalian yang keluar dari daftar loh" Canda Liza pada mereka.
Namun sepertinya mereka menanggapi candaan Liza dengan serius. Suami dari Chaca menenangkan Chaca, ia berusaha menahan Chaca agar tidak bertindak lebih jauh. Tentunya itu demi kebaikan buah hati mereka, jangan sampai anak-anak mereka tidak mendapatkan warisan apapun dari nenek mereka yang kaya raya itu.
"Udahlah, saya kesini cuman mau nyamperin Nenek saya. Dia ada di atas kan? Jangan sampai, saya kelepasan dan kick kalian dari ahli waris Nenek. Jangan lupa, saya kan cucu kesayangan Kakek dan Nenek" Sombong Liza.
Sebenarnya, Liza hanya sekadar mengancam mereka. Lagipula Liza tidak terlalu perduli akan ahli waris itu, jika tentang harta saja. Ia bisa saja kembali ke keluarganya dan menjelaskan segalanya, lalu ia akan diangkat menjadi putri keluarga Zila lagi. Bukankah itu mudah?
Liza dapat mendengar sumpah serapah yang mereka keluarkan untuk Liza. Namun tentu saja Liza tidak perduli akan itu semua, ia memilih untuk naik ke lantai atas, dimana Neneknya berada sekarang.
Nenek Liza memang mengetahui bahwa Liza tidak lagi tinggal di kediaman orang tuanya. Namun ia tidak mengetahui bahwa cucunya itu diusir dari orang tuanya. Sebab setaunya, Liza sendirilah yang ingin hidup mandiri dengan tinggal di apartemen. Seperti itulah yang diberitahukan oleh anak-anak nya pada dirinya.
^^^^^
570 kata
20 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Zila Or Liza?? [TAMAT]
RandomFOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA!! Hiks:'( Proses penerbitan [Part masih lengkap] Naskah yang di wattpad lanjut ke s2. Tapi yang dikirim pada editor, sudah lengkap! Dan pastinya agak berbeda dengan yang di wattpad Azila sang gadis berusia 25 tahun yang m...