23|Rooftop

36.7K 5K 42
                                    

"Jadi, si Tasya itu nantangin gue dalam ajang pemilihan ratu sekolah, tiga minggu lagi? Tapi kan kalian tau, gue gak suka sama sesuatu tentang kecantikan gitu" Tukas Liza menolak halus permintaan Agnes dan Gita, agar dirinya menerima tantangan  dari perempuan bernama Tasya itu.

Agnes mencebik sebal. "Tapi kalau lo gak terima tantangan itu, dia bakal menang jadi ratu kecantikan sekolah, dan dia pasti bakal semena-mena sama anak-anak lain. Percaya deh sama gue" Tukas Agnes.

Liza menghela napas mendengarnya. Andai saja ia bukan mantan dosen, yang tentunya tidak menyukai tindakan bullying. Maka ia akan menolak dengan tegas tantangan Tasya, namun sepertinya tantangan  itu harus ia pertimbangkan lagi. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Agnes barusan.

"Yaudah, bakal gue pertimbangin, lagian masih ada waktu tiga minggu lagi kan?" Pasrah Liza dan dibalas anggukan semangat oleh kedua gadis itu.

Agnes dan Gita kini telah kembali ke kelas mereka, sedangkan Liza sedang membaca buku novel di dalam kelasnya. Di dalam kelas, Liza memang tidak mengenal siapapun, lebih tepatnya, ia dihindari oleh teman sekelasnya. Karna itu Liza hanya dapat duduk berdiam diri pada bangkunya, ketika guru yang mengajar terlambat masuk.

Kurang lebih tiga jam, Liza berkutat dengan mata pelajaran yang diajarkan dikelasnya hari ini. Kini gadis itu sedang berada di rooftop sekolah. Bersama dengan Agnes dan Gita tentunya.

Mereka hanya sedang berbincang tentang hal-hal random. Namun berselang beberapa saat, pintu rooftop dibuka oleh seseorang. Seorang pria dengan perawakan tinggi, wajah dengan pahatan indah dan bola mata coklat gelap.

Pria itu berjalan memasuki rooftop diikuti oleh beberapa anak laki-laki lainnya, mereka adalah Evan dan teman-teman segenknya.

(Author lupa udah kenalin mereka atau belum, kalau belum, Author bakal kenalin ulang siapa itu Evan hehe)

Evando Tylander Anderson, sang pangeran sekolah.

"Lo bilang gak bakal ada yang dateng ke sini Nes, tapi kok cowok itu sama para curutnya malah dateng sih" Rutuk Gita pada Agnes.

Agnes menggaruk tenguknya yang tidak gatal. "Harusnya emang gak ada yang dateng, soalnya genk si Vando itu katanya lagi gak masuk sekolah. Soalnya salah satu anggota mereka ada yang kecelakaan, jadi mereka bakal jagain dirumah sakit. Gue juga gak tau, kenapa mereka bisa ada disini sekarang" Balas Agnes membela dirinya.

"Udah biarin aja, asal mereka gak gangguin kita" Lerai Liza pada Agnes dan Gita. Agnes dan Gita pun mengangguk setuju.

Mereka melanjutkan perbincangan mereka, hingga akhirnya perbincangan mereka terputus karena indra pendengaran Liza dkk yang cukup tajam, menangkan suara aneh dari kelompok pria yang berkumpul tidak terlalu jauh dari mereka bertiga.

"Lo denger apa yang mereka bilang barusan gak sih?" Tanya Gita pada Liza dan Agnes. Liza dan Agnes menganggukkan kepala.

Mereka sontak menoleh pada kumpulan pria itu, ternyata benar apa yang mereka dengar. Para pria itu sedang berkelahi. Entah karena apa, namun mereka kini sudah saling tonjok.

Agnes dan Gita hendak melerai mereka, namun dihentikan oleh Liza. "Gak usah di lerai, itu urusan mereka. Bukan kita" Ujar Liza.

Namun, semakin lama, pertengkaran mereka semakin memanas. Hingga akhirnya Liza membiarkan Agnes dan Gita yang hendak melerai para pria yang sedang berkelahi itu.

"Lo pada jangan berantem disini bego! Ini sekolah, bukan arena tinju. Kalau mau berantem, sana diluar sekolah!" Bentak Agnes pada mereka.

Para pria yang sedang berkelahi itu sontak menghentikan pergerakan mereka dan menatap Agnes dan Gita dengan senyum bak seorang pedofil.

"Bego" Gumam Liza menatap para pria yang sedang tersenyum aneh pada Agnes dan Gita.

^^^^^

559 kata
22 Oktober 2021

Zila Or Liza?? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang