61|Erva Bodoh

11.1K 1.5K 27
                                    

"Gimana kondisi putri kami dok?" Tanya Clau pada sang dokter yang baru saja keluar dari ruangan tempat Liza di tangani.

Dokter tersebut nampak menghela napas pelan, sang dokter wanita yang kisaran berumur 29 hingga 33 tahunan.

Raut wajah sang dokter nampak tidak baik. "Maaf, kami sudah berusaha sekeras kami. Namun sampai sekarang, Nona Liza hanya dapat kami bantu agar jantungnya tetap berdetak. Namun kesadarannya belum dapat kembali, atau tepatnya Nona Liza sekarang mengalami koma. Akibat benturan pada sel saraf yang mengatur kontrol kesadarannya" Balas sang dokter dengan teliti.

Tubuh mereka mematung, sungguh mereka sama sekali tidak mengharapkan hal ini terjadi. Andai saja waktu bisa di putar kembali, pastinya mereka tidak akan membiarkan Liza pergi keluar malam itu.

Air mata perlahan luruh kembali pada mata mereka. Namun Evan sudah tidak menangis lagi, mungkin pria itu telah lelah menangis.

"Liza sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat. Tuan dan Nyonya bisa urus kamarnya nanti, dan saya mohon permisi" Ujar dokter itu seraya berjalan meninggalkan mereka semua.

Sosok wanita yang tidak di harapkan oleh mereka tiba-tiba muncul dengan tatapan angkuh pada mereka.

Wanita itu adalah Erva, Mamah dari Liza sendiri. Wanita yang tidak menerima Zila di dalam tubuh putrinya. Hati wanita itu sepertinya telah mengeras bak batu.

"Ngapain kamu ke sini?" Tanya Clau yang pertama kali menyadari kedatangan Erva.

Erva menatap sengit pada Clau dan mereka semua yang ada di lorong rumah sakit itu.

"Aku cuman pengen lihat keadaan dari perempuan yang udah buat putri aku meninggal. Dia pantes dapetin ini semua, karna dia udah berani pakai tubuh putri aku seenaknya. Harusnya dia gak usah koma, tapi langsung meninggal aja" Decih Erva dengan sinis.

Plak
Sebuah tamparan mendarat di pipi sebelah kanan Erva. Erva terhuyung ke belakang akibat tamparan yang cukup keras itu.

Tamparan itu berasal dari Ela, Mommy dari Liza (Zila). Tatapan tajam Ela layangkan dengan kuat pada Erva.

Jika bisa, mungkin sekarang Erva sudah di hajar oleh Ela karna ucapan sinis wanita itu. Sungguh tidak tau cara menjaga ucapannya.

"Ngapain anda nampar saya?!" Teriak Erva tidak terima akan perlakuan Ela pada dirinya.

"Anda juga pantas mendapatkan itu! Jika anda berkata putri saya pantas mendapatkan ini semua. Maka anda juga pantas mendapatkan tamparan itu, bahkan kematian anda pun tidak akan dapat menyeimbangi ucapan dan perbuatan anda selama ini! Anda pikir Anda manusia paling baik di sini? Cih tidak tau malu" Desis Ela dengan ucapan formalnya.

"Tapi karna dia, putri saya Liza meninggalkan saya! Saya gak akan rela jika tubuh putri saya digunakan oleh anak anda!" Balas Erva dengan menantang.

Wajah Ela yang tadinya datar, kini tersenyum sinis pada Erva. "Hahaha,, apa? Karna putri saya, Liza meninggal? Gak salah anda? Bukannya Liza meninggal karna anda sendiri yah, karna anda yang tidak memperdulikan dan mengucilkan Liza, sampai mental Liza hancur dan berakhir dia yang meninggal karna di bully oleh orang-orang? Sebaiknya, anda introspeksi diri, karna anda meninggalnya putri anda, murni karna kesalahan anda sendiri Nyonya Ervalina Arabelle Revlandi terhormat" Tukas Ela.

Ela tidak akan terima jika putrinya disalahkan, sebab dalam masalah ini. Memang kesalahan Erva sendirilah, putrinya sama sekali tidak bersalah dalam hal ini. Jika Erva justru menyalahkan putrinya, maka itu artinya, Erva sedang menyalakan api peperangan antara dirinya dan Erva sendiri.

Dan Ela pastikan, ia tidak akan kalah dengan cecunguk bermulut sampah seperti Erva yang hanya tau bermain mulut dan tangan saja. Hanya dapat mementingkan keegoisannya tanpa berpikir dalam bertindak. Dan hanya mengikuti naluri emosinya.

^^^^^

Ada yg sama gak sama Erva? Kalau emosi sering ngucap kasar karna udah gak sanggup nahan emosi?

Kalau ada berarti sama kayak author, cuman author gitu kalau emang udah gak tahan hehe:')

596 kata
12 November 2021

Zila Or Liza?? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang