Bab 6

1.6K 322 54
                                    

“Paman Kakashi, aku butuh bantuan.”

Aku benci minta bantuan. Aku jarang meminta, dan ketika aku melakukannya, aku selalu merasa seperti beban. Paman Kakashi sudah melakukan begitu banyak hal untukku, namun aku malah meminta lebih. Kucengkeram telepon erat-erat menahan perasaan.

“Ada apa, Sasuke?”

“Mereka tidak mengizinkanku sewa mobil, karena aku belum cukup umur.”

“Oh, sial,” gumam Paman Kakashi pelan. “Aku lupa hal itu, Sasuke. Aku minta maaf. Aku akan datang menjemputmu dan mengantarmu pulang. Kau bisa gunakan mobil Rin untuk beberapa hari ke depan – dia masih di luar negeri.”

“Paman tidak perlu menjemputku,” kataku. “Ada yang mengantarku pulang.”

“Oh ya? Apa pegawai bengkel yang mengantarmu?”

“Bukan.”

Ada jeda di telepon. Di luar jendela ada dua ekor tupai berlarian di pohon pinus. Ekor mereka berkedut saling kejar melompati ranting pohon.

“Benarkah? Apa kau akan memberitahuku siapa yang mengantarmu pulang? Fokus, Sasuke.”

“Maaf,” gumamku. Kurasa masuk akal Paman Kakashi ingin tahu bagaimana aku bisa kembali ke rumah.

“Haruno Sakura yang mengantarku pulang.”

“Siapa itu?”

“Gadis di sekolahku.” Kupikirkan pernyataanku, dan sepertinya Paman Kakashi ingin penjelasan lebih. “Kami sekelas di biologi. Ada tugas tentang lebah yang harus mulai kami kerjakan minggu ini. Aku mesti ke rumahnya besok untuk mengerjakan tugas itu. Tadi hujan, dia melihatku di jalan, dan meskipun dia parkir di sisi jalan yang salah, tapi dia segera pindah jadi aku bisa menumpang dengannya, dan dia memotong rambutku.”

“Wah!” teriak Paman Kakashi di telepon. “Apa aku tidak salah dengar? Kau punya teman dekat perempuan?”

“Dia perempuan,” aku membenarkan. “Aku tidak yakin apakah kami berteman atau tidak.”

“Dia memotong rambutmu?”

“Ya, dia bilang rambutku perlu dipotong. Aku memang berencana menunggu sampai akhir bulan.”

“Apa dia bekerja di salon atau semacamnya?”

“Aku tidak bertanya.”

“Di mana dia memotong rambutmu?” Dari nada suara Paman Kakashi, aku tahu dia agak frustrasi. Jelas aku tidak memberinya informasi yang dia inginkan, tapi aku tidak tahu apa yang Paman Kakashi inginkan, jadi aku tidak yakin bagaimana cara memerbaiki keadaan.

“Di dapur.”

“Di rumah?”

“Ya.”

“Rumahmu?”

“Ya.”

Paman Kakashi bersiul di telepon.

“Menurutku itu bisa dianggap sebagai teman,” kata Paman Kakashi. “Shikamaru tidak ikut ke rumahmu?”

“Tidak, kami biasanya pergi ke rumahnya atau mengunjungi pameran komik. Dia belum pernah ke sini.”

“Astaga,” bisik Paman Kakashi lagi. “Aku ingin dengar lebih banyak lagi ketika aku sampai di sana, ya? Aku akan bawa mobil Rin dan kau bisa mengantarku pulang nanti.”

Paman Kakashi tiba beberapa menit kemudian dan makan sebagian besar sisa tempura buatanku. Dia lebih jarang memasak daripada aku, dan istrinya, Bibi Rin, sering bepergian untuk urusan bisnis. Bibi Rin bekerja di perusahaan tekstil. Paman Kakashi pria yang bertubuh tegap dan lebih tinggi beberapa centimeter daripada aku, rambutnya berwarna abu-abu. Dia dan ayahku terlihat sangat mirip, hanya rambut dan warna mata mereka saja yang tampak berbeda. Aku lebih mirip seperti Ibu.

Restless HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang