Hari ini adalah harinya.
Lebih tepatnya – malam ini adalah malamnya.
Sejujurnya, aku tidak begitu yakin apakah dengan merencanakan semuanya merupakan hal yang terbaik. Dari semua yang telah terjadi, kegagalanku di pesta tidaklah terlalu buruk, dan aku berhasil tidak terlalu memikirkannya lebih dari seminggu. Memang, aku dapat pelajaran dari banyaknya muntah yang kukeluarkan dan mabuk yang menyebalkan itu, serta Hinata dan Naruto masih berusaha memerbaiki hubungan mereka sendiri dan dengan orang tua mereka, tapi tidak semuanya buruk.
Sakura sangat senang dia tidak harus pergi ke sekolah Hari Senin depannya. Rupanya aku mengatakan beberapa hal yang tidak kusadari. Dia tidak mau memberitahuku apa yang sebenarnya kukatakan.
Bagaimanapun juga, Sakura pikir segalanya akan jadi lebih baik jika kami membicarakan dan merencanakan segalanya dengan matang, dan itu mengarah pada perencanaan malam ini. Kami telah membicarakannya dan membicarakannya lagi sampai mukanya panas dan kejantananku keras.
Kami akan berhubungan seks malam ini.
Makan malam akan jadi hal pertama dalam daftar. Aku harus menjemput Sakura jam enam sore dan membawanya kembali ke rumahku untuk masak. Aku sungguh menantikan masakannya. Sakura juga mengisyaratkan akan ada kue stroberi, dan kuharap dia tidak bercanda, karena itu hanya akan membuatku kecewa.
Setelah makan malam, kami akan bersantai, nonton televisi, dan bercumbu. Kami akan melakukan hal-hal biasa seperti sebelumnya. Lalu aku akan pergi ke ruang bawah tanah, meninju samsak, melampiaskan apa pun yang ada di diriku, lalu aku mandi, dan kemudian Sakura menungguku di kamar.
Aku menelan ludah saat menjatuhkan kepala kembali ke bantal dan memegang kejantananku.
Selama seminggu terakhir, aku memikirkan hal itu dengan cukup detail sehingga sering aku perlu masturbasi sebelum bisa kembali ke depan umum. Kupikirkan bagaimana penampilan Sakura ketika aku masuk kamar – apa dia sudah telanjang di tempat tidurku atau apa dia akan mengenakan pakaian dalam seksi yang pernah kulihat di katalog? Apa dia akan nyalakan banyak lilin dan menaburkan kelopak mawar di semua tempat? Haruskah aku yang melakukan itu?
Tanganku meluncur ke atas dan ke bawah – pangkal ke ujung, ujung ke pangkal. Lidahku membasahi bibir, dan kubayangkan Sakura di atasku. Dalam pikiranku, dia membungkuk dan melumat bibirku saat dia duduk di atas sana.
Telapak tanganku jadi lembab. Aku bisa merasakan tubuhnya menempel padaku – keringat dari kulitnya bercampur dengan kulitku saat kami bergerak perlahan bersama-sama.
“Ah!” teriakku. Untuk sejenak, aku cuma bisa berbaring dan berusaha mengatur napas, menghidupkan kembali panca indra. Kulirik jam, sekarang pukul 07:45 pagi, dan aku menghela napas panjang.
Tak mungkin aku bisa melewati hari ini.
Aku keluar dari tempat tidur, mandi, berpakaian, dan duduk untuk membuat daftar belanjaan.
Roti, susu, dan mentega.
Aku menggeleng, karena lagu Sesame Street selalu muncul di kepala begitu aku membuat daftar belanjaan, dan itu akan terus berulang sampai aku melewati kasir.
Kutulis apa yang benar-benar kubutuhkan.
Makaroni dan keju.
Roti.
Wortel
Minuman bersoda.
Keripik kentang.
Sereal.
Susu.
Roti bagel.
Krim keju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restless Heart
Fanfiction-- SasuSaku Fanfiksi -- 🍃[SELESAI] • Naruto © Masashi Kishimoto • Butuh perjuangan baginya untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Dia tak tahan jika harus menghadapi hal-hal yang tak terduga. Namun di sisi lain, seseorang datang dan dengan gigih b...