Bab 57

1.3K 273 55
                                    

Sakura melemparkan blus dan bra-nya ke samping saat dia duduk di tempat tidurku. Dia raih tanganku, dan kemudian menarikku ke tempat tidur bersamanya selagi dia berbaring telentang. Kutahan tubuhku dengan kedua tangan, tapi aku tidak bisa menyentuhnya jika dalam posisi ini. Akhirnya kuseimbangkan badanku dengan sebelah tangan dan dengan ragu mengusap sisi tubuh Sakura dengan sebelah tangan.

Aku ingin menciumnya, dan aku juga ingin menangkup kedua payudaranya. Aku ingin jariku, bibirku, dan telapak tanganku di sekujur kulitnya yang polos itu. Aku juga ingin mencium kulitnya, menjilat, dan mengisap putingnya.

Aku tidak tahu harus berbuat apa terlebih dahulu.

Syukurlah aku punya Sakura, yang meraih kedua tanganku dan meletakkannya di atas dadanya. Aku hilang keseimbangan dan jatuh ke samping, tapi pada titik itu aku sungguh tidak peduli.

“Sial,” gerutuku. Tanganku menangkup payudara Sakura, akibatnya terhalang dari pandanganku. Aku benar-benar dilema – aku ingin terus menyentuh Sakura, tapi pada saat yang bersamaan aku juga ingin melihatnya.

Payudaranya sungguh kenyal!

Kugerakkan ibu jariku di atasnya, dan kemudian kupindahkan tanganku lebih rendah sehingga aku bisa lihat, sentuh, dan meremasnya secara bersamaan. Puting payudaranya mencuat dan sepertinya berdiri untuk menyambutku, persis seperti yang dikatakan buku itu!

Jempolku melingkari puting payudara Sakura, yang makin mencuat kala aku terus menyentuhnya. Kulirik Sakura, dia sedang tersenyum

“Apa kau suka ini?” tanyaku.

Sakura mengangguk dengan cepat.

“Boleh aku ... menciumnya?”

Sakura kembali mengangguk, dan aku dengan cepat membasahi bibir sebelum memposisikan diri agak lebih rendah. Yang pasti aku bisa melihat dan menjangkaunya lebih baik seperti ini. Kumiringkan kepala dan dengan cepat mencium kedua puting payudaranya.

Mataku melesat ke Sakura, dan kulihat pupil matanya membesar dan penuh hasrat. Dadanya naik-turun dengan cepat, dan sejenak kuperhatikan Sakura sebelum kembali menunduk dan memasukkan sebelah putingnya ke dalam mulut.

Kusentuh dengan lidahku, dan Sakura mendesah. Dengan cepat aku melihat ke atas, kepala Sakura terkulai ke belakang, matanya terpejam, dan mulutnya agak terbuka. Jemarinya mencengkeram bahuku – mendorongku lebih dekat padanya.

Aku pindah ke sisi lain, pertama mencium putingnya itu dan kemudian mengisap lembut kulitnya. Rasanya sangat mirip dengan lidah Sakura, hanya saja agak asin. Kukatup puting payudaranya dengan bibirku dan menggoda ujungnya dengan lidahku.

“Ah!” jerit Sakura.

Kuangkat kepala dengan waspada, tapi langsung menyadari Sakura sama sekali tidak marah. Dia raih wajahku dan melumat bibirku. Napasku memburu, dan hampir tampak seperti kesulitan untuk menciumnya, bernapas, membelai, dan benar-benar menjaga jantungku tetap berdetak pada saat yang bersamaan. Aku kewalahan, namun ini semua sungguh fantastis.

Kucium dagu dan leher Sakura, tersenyum sendiri saat dia melengkungkan punggungnya selagi aku bergerak lebih jauh ke bawah. Kucium bagian atas payudara Sakura, dan kemudian mengulum lagi sebelah putingnya. Kuisap sedikit lebih kencang dan terdengar Sakura mengerangkan namaku.

“Oh ... Tuhan ... Sasuke ...”

Tangannya berpindah dari bahuku ke belakang kepala, mencengkeram rambutku dan membenamkan kepalaku ke dadanya. Kuanggap itu sebagai pertanda dan mengisap putingnya lebih kencang lagi. Sakura bergidik, dan aku berpindah cepat ke puting sebelahnya – tidak ingin dia kesepian.

Kucium lingkaran putingnya, dan kemudian menggunakan lidahku untuk melingkarinya. Kucium lagi gundukan payudaranya itu, kujilati dan mengisap seluruh bagian. Kucium belahan dada Sakura sebelum meluncur ke bawah untuk mengecup perutnya, yang membuat Sakura tertawa.

Restless HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang