Sakura berbaring telentang di tempat tidurku adalah pemandangan terindah yang pernah kulihat. Matanya cerah, dan dia terus menatapku selagi aku menarik baju ke atas kepala. Sakura mengulurkan tangan dan mengusap dada dan perutku sebelum membuka kancing kemeja dan menariknya dari bahu.
Aku berada di atas Sakura, kedua lututku sejajar dengan pinggangnya. Sakura meraih punggungnya dan melepaskan kaitan bra. Sebelum Sakura menurunkannya, kusentuh tali branya itu, lalu kuraba bahunya sebelum mengusap tanda lahirnya, dan kemudian aku membungkuk untuk mengecupnya.
"Kenapa kau melakukan itu?" tanya Sakura pelan.
Aku melihatnya, dia tampak penasaran. Aku berkedip beberapa kali sembari mencari tahu sendiri jawabannya.
"Itu bagian dari dirimu," kataku. "Tanda lahirmu, jadi itu penting buatku."
Sebelah alis Sakura terangkat.
"Dan," aku tersenyum malu, "itu sangat-amat mengganggu pikiranku sampai aku menyentuhnya."
"Dan itu terlihat seperti ikan," cibir Sakura.
Aku mengangguk.
Sakura menangkup wajahku, dan kami berciuman sebentar.
"Kau menggemaskan."
Aku mengangkat bahu, wajahku agak panas, tapi kemudian bagian atas payudara Sakura terlihat dan aku lupa dengan malu. Sebagai gantinya, kuciumi kedua payudara Sakura sambil menarik bra-nya.
Emosi yang kurasakan saat di dapur belum hilang. Malahan yang ada makin meningkat ketika pakaian Sakura satu-per-satu mulai dilepas. Aku berlutut lagi di atas Sakura saat dia beringsut di bawahku untuk membuka kancing dan ritsleting celana pendeknya. Ibu jarinya mengait bagian pinggir celana, lalu mendorongnya ke bawah, dan kejantananku menanggapi pemandangan itu.
Apa dia juga akan terangsang melihatku?
Sekali lagi, aku berlutut di atasnya. Kuperhatikan matanya mengikuti gerak tanganku di perut menuju kancing celana jins. Kancing pertama terbuka, lalu kedua, dan segera saja mata Sakura melebar saat dia membasahi bibirnya.
"Apa kau suka ini?" tanyaku. Suaraku berubah jadi aneh dan serak. Aku menelan ludah sekali, dan kemudian membuka kancing lagi. "Apa kau senang memerhatikanku?"
"Sasuke ..."
Dadanya naik turun, dan dia tidak perlu berkata apa-apa lagi. Kubuka kancing terakhir dan mendorong celana jinsku sedikit - cukup untuk menjangkau ke dalam dan mengeluarkan kejantananku dari boxer. Sakura menghela napas panjang saat dia meraihnya.
Kuambil tangan Sakura dan melingkarkan jemarinya di kejantananku. Sakura mengelus milikku saat aku melepaskan celana jins dan boxer. Kami selesaikan dengan melepas celana dalam Sakura bersama, dan kemudian menghabiskan waktu sejenak dengan saling memandang.
"Kau sangat cantik," kataku saat mengusap leher dan dada Sakura, lalu turun ke perutnya. Tanganku turun lebih rendah, menangkup miliknya dan menggunakan ibu jariku untuk membelai klitorisnya, seperti yang dia ajarkan padaku.
"Dan kau luar biasa," jawab Sakura. "Semua tentangmu ... mengundangku masuk ke dalam dirimu."
"Mengundang aku masuk," kataku sambil tersenyum.
"Ya," kata Sakura, nada suaranya menurun saat pipinya memerah. "Kumohon."
Kubuka laci atas, menarik serangkaian kondom dan bertanya-tanya sendiri kenapa aku tidak melepasnya satu-satu tadi sore.
"Siap untuk malam yang panjang?" Sakura cekikikan.
"Pasti," jawabku. Kulepaskan satu dan mendekatkannya ke Sakura agar dia bisa lihat kata-kata yang tertulis di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restless Heart
Fanfiction-- SasuSaku Fanfiksi -- 🍃[SELESAI] • Naruto © Masashi Kishimoto • Butuh perjuangan baginya untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Dia tak tahan jika harus menghadapi hal-hal yang tak terduga. Namun di sisi lain, seseorang datang dan dengan gigih b...