Sentakan kecil mengenai kepala, dan aku langsung takut sekaligus panik setelah sadar aku telah ditabrak. Kuhirup napas dalam-dalam sebanyak sepuluh kali sebelum membuka pintu mobil dan melangkah ke sekeliling untuk melihat kerusakan pada bemper mobil …
Pukul lima pagi lewat beberapa menit, aku langsung duduk di tempat tidur.
Jantung berdebar kencang, dan mimpi kejadian yang berlangsung akhir-akhir ini mengalir di kepala seperti banjir bandang – orang yang menabrak mobilku, secarik kertas yang dia sodorkan ke dadaku sebelum dia kabur, ujung kertas tiket lotere yang kusut saat aku membuangnya ke tempat sampah, suara televisi mengatakan tiket lotere yang dibeli di Takumi keluar sebagai pemenang.
Tidak mungkin.
Kemungkinan kau tersambar petir dua kali lebih besar daripada menang lotere.
Kantong sampah sudah ada di pinggir jalan, dan truk sampah biasanya datang sebelum pukul enam pagi. Kulirik jam, dan ternyata sekarang baru pukul lima lewat seperempat. Kutatap jam itu sampai berubah jadi angka dua puluh sambil terus memikirkan apa yang harus kulakukan.
Kupikirkan sampah di dapur, dan sedekat apa tiket lotere itu berada di dasar kantong sampah. Tiket yang sama yang disodorkan oleh pengemudi tabrak lari itu padaku. Tiket itu sekarang ada di tong sampah luar, terletak di pinggir jalan dan menunggu truk sampah datang untuk membawanya ke tempat pembuangan sampah di sebelah utara kota. Mengambilnya lagi sungguh konyol. Tidak mungkin nomor pada tiket lotere itu yang keluar sebagai pemenang, meskipun plat nomor mobil itu memang terdaftar di area Takumi.
Tidak mungkin.
Selain itu ... tiket loterenya ada di bagian bawah kantong sampah. Ada saus tiram, bungkus makanan, dan serbet berminyak mengelilinginya. Itu sangat menjijikkan, dan tidak mungkin aku menyentuhnya. Jika aku melakukannya, itu akan berakhir sia-sia.
Tidak mungkin.
Aku masih duduk di tengah tempat tidur. Aku sungguh tidak percaya. Tapi aku terus memikirkan kemungkinannya. Aku sendiri belum memerhatikan betul angka yang tertera di tiket lotere itu, dan juga tidak terlalu mendengar saat pengumuman nomornya ditayangkan di berita televisi. Entah benar itu tiket lotere yang menang atau bukan. Bisa saja orang yang menabrakku itu kebetulan tinggal di Takumi.
Terdengar suara gemuruh khas truk sampah di jalanan, dan aku langsung turun dari tempat tidur. Aku berlari menuruni tangga, membuka pintu depan, dan tidak berhenti sampai tanganku menyentuh pegangan tong sampah besar itu dan kuangkut jauh dari pinggir jalan.
Truk itu masih parkir di rumah tetangga, dan pengemudinya heran menatapku saat dia lihat aku menarik tong sampah, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Kubuka pintu garasi dan menyeret tong sampah ke tengah, lalu aku duduk dan berusaha mengatur napas.
Kutatap bagian bawah tong sampah itu selama beberapa menit tanpa tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya. Tak lama kemudian, aku berdiri dan membuka tutupnya, tapi aku cepat-cepat menutupnya lagi. Aku bersandar di pintu antara garasi dan rumah sambil terus menatap tong sampah, yang tampaknya makin membesar makin lama aku melihatnya.
Adrenalin membuat tubuhku gemetaran. Karena tong sampah dan isinya aman untuk saat ini, aku kembali ke dalam rumah dan duduk di kursi dapur untuk merenung.
Ada tiga hal yang kuyakini. Pertama, peluang tiket lotere yang ada di dalam tong sampah itu menang sungguh kecil. Kedua, jika tiket loterenya memang ada di sana, sudah pasti akan tertimbun oleh sampah, dan aku takkan mampu menyentuhnya. Ketiga, mana mungkin aku keluarkan kantong sampah dari tong sampah untuk memeriksanya.
Kupejamkan mata selama beberapa menit, dan ketika aku kembali buka mata, mataku tertuju pada kertas kecil yang terletak di sebelah telepon. Aku bisa lihat tulisan yang agak asing di kertas itu, dan aku ingat siapa yang telah menulis nomor telepon di sana.
Aku berdiri, ini masih terasa seperti dalam mimpi, dan aku berjalan ke seberang dapur. Dengan tangan gemetaran, kuangkat telepon dan menatap kertas di sebelahnya. Nomor telepon masih tertulis jelas di sana.
Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, jadi kutelepon saja Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restless Heart
Fanfiction-- SasuSaku Fanfiksi -- 🍃[SELESAI] • Naruto © Masashi Kishimoto • Butuh perjuangan baginya untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Dia tak tahan jika harus menghadapi hal-hal yang tak terduga. Namun di sisi lain, seseorang datang dan dengan gigih b...