“Aku akan pergi,” kata Paman Kakashi setelah selesai makan nasi kari yang dia pesan untuk kami bertiga. “Rin akan kembali besok, dan perlu kita pikirkan apa yang harus dilakukan dengan mobil itu. Tapi aku bisa saja mengantar Rin ke kantornya dan kau dapat bawa mobilnya sampai mobilmu selesai diperbaiki, ya?”
“Oke,” kataku.
“Aku bisa mengantar Sasuke ke sekolah,” kata Sakura. Dia melirikku sebelum menyuap nasi. “Maksudku, jika kau mau. Aku tidak keberatan, lagi pula kita satu tujuan.”
Kutatap piringku yang kosong dan memikirkannya sebentar.
“Kau pernah naik mobilku sebelumnya,” Sakura mengingatkanku.
“Kau mengemudi tidak lebih dari batas kecepatan,” kataku mengingatnya.
“Benar,” kata Sakura sambil tersenyum kecil. “Aku juga akan melakukannya lagi.”
Kuambil piringku dan mencucinya di wastafel. Ketika aku mengambil kain lap, Sakura berdiri di sampingku dan memegang kain lap juga.
“Aku bisa mengeringkannya, jika kau mau.”
Melihat kain lap di tangan Sakura, aku jadi bertanya-tanya apa dia bisa menghilangkan semua bekas air di piring. Paman Kakashi tidak terlalu buruk dalam hal itu, dan Sakura cukup berhati-hati. Aku bisa saja mencuci dan mengeringkan ulang ketika Sakura sudah pulang.
“Oke,” kataku, dan kuserahkan piring itu pada Sakura.
“Sasuke,” teriak Paman Kakashi dari seberang dapur, “jika kau biarkan dia mengeringkan piring, berarti kau juga harus biarkan dia mengantarmu ke sekolah.”
Paman Kakashi tertawa, dan aku tersenyum kecil. Paman benar. Ya, begitulah kira-kira.
“Bagaimana menurutmu?” tanya Sakura. Dia terdengar penuh harap.
“Oke,” kataku pelan. “Aku masih perlu ambil mobil Bibi Rin dari sekolah, karena Paman Kakashi yang mengantarku pulang pagi ini.”
“Bagaimana kalau aku antar kau ke sekolah untuk ambil mobil,” usul Sakura. “Jadi semacam uji coba untuk besok.”
Uji coba terdengar sangat bagus, jadi aku setuju. Paman Kakashi mengusap wajahnya dan menggerutu tentang makan terlalu banyak, dan kemudian Paman Kakashi datang ke sini dan bersandar di meja.
“Aku pergi,” kata Paman Kakashi. “Kau baik-baik saja jika aku pergi?”
“Ya.”
“Oke,” kata Paman Kakashi sambil berjalan pergi. Dia mengernyitkan alis melihat Sakura. “Kalian berdua hati-hati!”
Aku dan Sakura selesai mencuci piring dan gelas setelah Paman Kakashi pergi. Dia mengeringkannya dengan sangat baik, kemudian kutunjukkan padanya lemari tempat alat makan disimpan dan bagaimana piring dan gelas itu harus sejajar dengan pola pada kertas pelapis lemari. Setelah kami selesai, aku naik ke mobil Sakura untuk mengambil mobil Bibi Rin, dan kemudian Sakura mengikutiku kembali ke rumah untuk mengerjakan tugas kelompok. Kami membuat beberapa kemajuan, dan kemudian duduk kembali di sofa ruang keluarga setelah selesai – Sakura duduk di satu sisi, dan aku di sisi lain.
“Sasuke,” Sakura memulai, “aku benar-benar minta maaf soal pagi ini. Aku hanya ... tidak menyadarinya. Dan aku sendiri yang akan meninju Yamanaka Ino jika dia katakan hal seperti itu lagi padamu. Aku tidak menyangka mereka akan berbuat begitu.”
Kuputar-putar jariku, dan bertanya-tanya apa kecepatan putaran jariku akan sama jika semua jari ini memiliki panjang yang sama. Dengan begitu, ruas jemariku akan sejajar dan tak lagi miring.
“Boleh aku bertanya sesuatu?” kata Sakura.
“Ya,” jawabku.
“Apa kau ingat yang terjadi di lorong sekolah?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Restless Heart
Fanfiction-- SasuSaku Fanfiksi -- 🍃[SELESAI] • Naruto © Masashi Kishimoto • Butuh perjuangan baginya untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Dia tak tahan jika harus menghadapi hal-hal yang tak terduga. Namun di sisi lain, seseorang datang dan dengan gigih b...