PACU #9 Reuni

402 63 2
                                    


Tatapan Rannu membuatku seolah berhenti bernapas. Aku tegang menunggu reaksinya melihat kami. Sementara Ferdy, berusaha keras menahan kakinya agar tidak berlari ke arah Rannu.

Rannu masih menatap kami. Ada kerutan di keningnya. Sepertinya dia berpikir keras untuk mengingat sesuatu. Mulutnya terlihat mulai bergumam. Aku khawatir dia akan histeris. Akan tetapi, setelah lima menit, dia hanya bergumam. Sorot matanya tidak tajam, seperti saat aku dan Tante Elis melihatnya. Sorot matanya kali ini seperti biasa saja, walaupun tampak awas dengan sekelilingnya.

"Mbak Ika, apa saya boleh mendekati Rannu?" tanya Ferdy pada Kak Ika.

Walaupun kondisi Rannu saat ini—jika kami lihat—cukup stabil, Kak Ika masih ragu untuk memperbolehkan kami mendekat.

"Sebentar, ya, baiknya saya ke sana dulu. Kalau ntar setelah saya dan Rannu ngobrol kondisinya masih baik, kalian boleh mendekat."

Aku dan Ferdy mengangguk. Kami berharap semoga kali ini kami bisa mendekatinya dan syukur-syukur jika kami juga bisa mengajaknya berbicara. Kak Ika berjalan mendekati tempat duduk Rannu. Semenjak melihat kami, Rannu belum menunduk, melainkan tetap melihat ke arah kami.

"Halo, Rannu. Saya boleh duduk di sini?" tanya Kak Ika sambil menunjuk tempat di sebelah Rannu yang kosong.

Rannu tidak mengeluarkan suara, tetapi menepuk tempak kosong di sampingnya yang berarti mengizinkan Kak Ika mendudukinya. Tidak berapa lama, mereka sudah terlihat asyik mengobrol. Sesuai arahan Kak Ika tadi, jika mereka sudah ngobrol dan Rannu masih tenang, kami boleh menyusulnya.

Dengan langkah perlahan, aku dan Ferdy mendekat ke tempat Rannu dan Kak Ika. Kami berusaha tidak menimbulkan suara agar Rannu tidak terkejut. Namun, sepertinya orang-orang yang sedang mengalami gangguan mental, indra perasanya lebih peka. Tinggal selangkah lagi kami sudah tiba tepat di samping Kak Ika, Rannu menoleh. Aku sontak berhenti, tetapi Ferdy tetap melangkah. Aku hanya terpaku ketika sudah dekat, Ferdy langsung memeluk Rannu. Rajutan yang tadi dikerjakan Rannu, terjatuh ke rumput. Mata Rannu terbelalak, tetapi dia diam. Aku sudah berjaga-jaga jika Rannu kambuh. Kak Ika masih duduk memperhatikan interaksi Rannu dan Ferdy. Aku tahu, Kak Ika juga pasti sudah siap jika tiba-tiba terjadi sesuatu pada Rannu. Namun, yang kami khawatirkan tidak terjadi. Rannu tetap diam. Matanya menyorot seperti biasa, hanya saja tangannya terkepal. Kemudian dia menangis.

Ferdy mengusap kepala Rannu dengan sayang berusaha menenangkannya. Aku hanya berharap, Rannu tahu jika yang memeluknya adalah Ferdy. Aku yang berada di belakang Ferdy, mundur dan mendekati Kak Ika. Kemudian kami berpindah ke tempat duduk lain, yang masih dekat dengan tempat Rannu, yang ada di taman itu. Kami memberikan ruang agar Ferdy dan Rannu bisa mengobrol.

Setelah menjauh dari mereka, aku mulai menceritakan tentang Ferdy ke Kak Ika, sambil mata kami mengawasi Rannu.

"Ferdy dulu mau melamar Rannu, tapi karena latar belakang keluarganya, keluarga Rannu menolaknya Kak."

"Oh!" Siapa pun akan terkejut mendengar fakta tersebut. Tidak terkecuali Kak Ika.

"Padahal saat itu Rannu sudah hamil dan Ferdy ingin bertanggung jawab."

"Anak Rannu di mana, ya, sekarang San?"

"Meninggal Kak."

"Ya Tuhan, sedih banget." Kak Ika ikut bersedih mengetahui betapa tragis kehidupan yang dialami oleh Rannu.

"Saya juga baru tadi info ke Ferdy, kehidupan Rannu setelah mereka berpisah."

Aku melihat ke tempat Rannu. Mereka sudah duduk dan tangan Rannu dipegang oleh Ferdy sembari mengusapnya dengan lembut. Kemudian mereka sudah mulai bercakap-cakap. Walaupun tidak jelas terdengar oleh kami, tetapi melihat raut wajah Rannu, sepertinya dia senang mengobrol dengan Ferdy. Semoga saja ini bisa jadi jalan kesembuhan Rannu, harapku. Namun, yang masih aku khawatirkan jika kejadian ini diketahui oleh keluarga Rannu, terutama Kak Arie, apa yang akan terjadi?

Pasti Ada Cinta Untukmu (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang